
Jakarta, gatra.net - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) mengklaim hadirnya opsi penggunaan kurikulum prototipe ditengah upaya pemulihan dunia pendidikan akibat pandemi direspon positif sejumlah stakeholder.
Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP), Kemendikbudristek, Anindito Aditomo, menyebut kurikulum prototipe merupakan merupakan lanjutan dari kurikulum masa khusus pandemi Covid-19 atau kurikulum darurat. Pria yang akrab disapa Nino itu pun menilai pihaknya telah melakukan studi soal ini. Hasilnya, penerapan Kurikulum Darurat dapat mengurangi dampak learning loss akibat pandemi secara signifikan.
Studi menunjukkan siswa pengguna Kurikulum Darurat mendapat capaian belajar yang lebih baik daripada pengguna Kurikulum 2013 secara penuh, terlepas dari latar belakang sosio-ekonominya. Bila kenaikan hasil belajar itu direfleksikan ke proyeksi learning loss numerasi dan literasi, penggunaan Kurikulum Darurat dapat mengurangi dampak pandemi sebesar 73% pada literasi dan 86% pada numerasi.
"Untuk itu, Kita terapkan Kurikulum Prototipe ini terbatas dulu pada Sekolah Penggerak agar bisa mendapat umpan balik dulu. Tidak ada seleksi bagi sekolah lain yang ingin menjalankan Kurikulum Prototipe, kita dukung. Yang ada hanya pendaftaran dan pendataan, ujar Nino dalam Keterangan yang diterima Gatra, Minggu (16/1).
Nino pun mengajak seluruh ekosistem pendidikan mendukung perbaikan kurikulum secara sistemik. Ia yakin, kurikulum berkontribusi dalam mengoptimalisasikan pola ajar para pendidik. Terbukti, dengan penerapan Kurikulum Darurat ada dampak positif yang signifikan dalam capaian belajar siswa. Tentu tidak cukup hanya dengan penyesuaian kurikulum, tapi juga kita rancang program Merdeka Belajar sebagai prioritas dalam menangani krisis belajar, tuturnya.
Senada, Anggota Komisi X DPR RI, Sofyan Tan menilai opsi Kurikulum Prototipe diyakini dapat mengurangi beban siswa dan guru karena materi yang disajikan lebih sederhana dan fleksibel. Hal ini didasari bahwa kurikulum tersebut lebih menyasar pada materi esensial sehingga guru punya cukup waktu untuk pembelajaran yang mendalam bagi kompetensi dasar, seperti literasi dan numerasi.
Politisi PDIP ini juga menekankan pentingnya adaptasi dan inovasi guna bertahan di tengah perkembangan zaman. Termasuk salah satunya menyangkut opsi model kurikulum yang berlaku di Indonesia. Menurut dia, kebijakan kurikulum harus mampu membentuk talenta dan karakter anak secara keseluruhan atau holistik.
"Bukan menghapus (kurikulum sebelumnya) tapi ini lebih efisien. Inilah kebijakan umumnya. Saya menyetujui kurikulum ini untuk dilaksanakan di Indonesia", pungkas Sofyan.