
Medan, gatra.net- Gugah Nurani Indonesia (GNI) menilai bahwa kurikulum darurat sebagai salah satu solusi untuk penuntasan persoalan pendidikan ditengah pandemi covid 19. Hal itu didasari karena kurikulum darurat didesain untuk mengurangi beban mengajar guru dan beban belajar siswa.
Hal itu dipaparkan Manajer Yayasan GNI Medan-Deli Serdang, Anwar Situmorang dalam keterangan pers di Kok Tong Kopi Gatsu, di Medan, Senin (23/11). Anwar mengatakan bahwa penyederhanaan kompetensi dasar dari setiap mata pelajaran, memberikan guru kesempatan lebih besar kepada guru untuk fokus mengajarkan kompetensi pra-syarat dan esensial. Sehingga kurikulum tersebut dinilai sebagai salah satu solusi untuk persoalan pendidikan ditengah pandemi covid 19.
Anwar menilai bahwa kompetensi pra-syarat dan esensial, adalah kompetensi yang dibutuhkan agar siswa mampu belajar pada level pendidikan selanjutnya. Di tingkat Sekolah Dasar (SD), kompetensi ini merujuk kepada literasi, numerasi, dan karakter.
"Selama ini, GNI menemukan materi dan metode belajar yang membosankan serta minimnya interaksi dengan guru, menjadi alasan utama siswa tidak selalu mengikuti PJJ. Biarpun siswa memiliki hp android dan kuota internet yang cukup, namun mereka tidak selalu tertarik ikut belajar, " terangnya.
Namun, sekalipun kurikulum darurat efektif mengurangi beban mengajar, namun masih banyak guru belum menggunakan kurikulum darurat. Survei Balitbang Kemdikbud yang diumumkan baru-baru ini, menunjukkan hanya 52% guru yang menerapkan kurikulum darurat. Kurangnya sosialisasi dan tidak ada kebijakan pemda untuk mengarahkan guru, merupakan dua faktor utama yang menghambat penggunaan kurikulum darurat.
GNI sebagai organisasi yang berfokus pada pemenuhan hak anak dan pemberdayaan masyarakat, mendorong pemda untuk menggunakan kurikulum darurat. Terlebih dalam menyambut SKB 4 menteri, penggunaan kurikulum darurat akan membantu pemda menyelenggarakan pembelajaran tatap muka yang lebih efektif. "GNI berkomitmen membantu pemda di wilayah dimana kami bekerja untuk menerapkan kurikulum darurat," tambah Anwar.
Anwar menuturkan bahwa data GNI menunjukkan dari 125 siswa yang memiliki hp android, hanya 29,60 persen yang setiap hari mengikuti pembelajaran. Sedangkan 70,40 persen pernah absen beberapa kali. Survei ini melibatkan 227 respoden yang berada di Kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang. "Masih ada guru yang berusaha menuntaskan kurikulum 2013, sekalipun Kemdikbud sudah merilis kurikulum darurat atau kurikulum dalam kondisi khusus," ujarnya.