
Jakarta, gatra.net - Penggunaan Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan saat ini menjadi hal penting bagi berbagai pelaku usaha, terutama di sektor e-commerce. Contohnya Bukalapak, yang turut mengembangkan teknologi AI bagi para pelaku Usaha Kecil dan Menegah (UMKM).
“Sistem AI yang kami gunakan adalah sistem rekomendasi produk. Jadi, saat pengguna membuka aplikasi, AI akan memberikan rekomendasi produk sesuai preferensi mereka,” ucap Mohammed Alabsi selaku VP of Engineering Bukalapak kepada gatra.net, Senin (9/12).
Alabsi mengatakan, pihaknya merancang beragam program untuk memberikan manfaat bagi pelaku usaha UMKM. Salah satunya adalah BukaGlobal, di mana para pelaku usaha UMKM dapat memanfaatkan platform Bukalapak dalam berbisnis dan melakukan ekspansi ke pasar internasional. Saat ini, program BukaGlobal tersedia bagi para pengguna di Singapura, Malaysia, Hong Kong, Taiwan, dan Brunei Darussalam.
Menurut data yang diberikan, saat ini ada lebih dari 5000 pelapak Bukalapak dari 140 kota di Indonesia yang tergabung dalam Komunitas Bukalapak. “Anggota yang bergabung ini berkesempatan untuk ikut berbagai program edukasi, sekaligus menjadi ajang sharing bagi sesama pelapak,” tuturnya.
Pemanfaatan AI lainnya adalah proses filtering atau pemilihan foto yang tidak sesuai dengan ketentuan serta deteksi behavior guna mencegah potensi fraud alias penipuan. Dengan proses filtering tersebut, langkah pencegahan terhadap tindakan penipuan di platform e-commerce tersebut mampu menimbulkan rasa aman bagi para pengguna.
“Tujuan dari semua implementasi ini adalah untuk menciptakan pengalaman belanja yang nyaman dan aman bagi seluruh pelanggan Bukalapak, yang akan berkontribusi juga terhadap performa penjualan para pelapak,” ucap Alabsi.
Mengenai tantangan implementasi AI, Alabsi mengatakan, terdapat dua faktor mulai dari model AI yang digunakan hingga infrastruktur yang dibutuhkan. Model AI yang diperlukan harus menghasilkan proyeksi high probability dan ketersediaan data yang relevan untuk problem tertentu. Beberapa data tersebut nantinya digunakan untuk meningkatkan akurasi dari prediksi yang dibuat.
“Infrastuktur ini fungsinya untuk mengumpulkan data dari banyak sumber. Jadi untuk menyediakan data sebagai input kepada model, saat data itu masih ‘fresh’. Itu nanti akan memberikan prediksi yang lebih tepat mengenai produk dan jasa kepada para pengguna,” tutur Alabsi.