Home Teknologi Mahasiswi ITS Ciptakan Membran Pengolah Limbah Industri

Mahasiswi ITS Ciptakan Membran Pengolah Limbah Industri

Surabaya, gatra.net - Tiga mahasiswi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya sedang mengembangkan material aplikasi membran MMM-NKTZ untuk pemisahan gas Karbondioksida (CO2) hasil kilang minyak.

Penelitian ini diharapkan menjadi langkah awal untuk mengolah limbah CO2 sebelum dibuang ke udara. Selama ini, limbah gas CO2 sering langsung dibuang begitu saja tanpa diolah terlebih dahulu.

“Ini yang menyebabkan terjadinya pemanasan global,” kata Ketua Tim, Rafika Amalia Annur di Surabaya, Rabu (24/7).

Penelitian ini dikembangkan Rafikan bersama Safiratul Firdaus, dan Retia Faizatun. Mereka mahasiswi Departemen Kimia, Fakultas Sains ITS di bawah bimbingan Doktor Nurul Widiastuti.

Rafika menjelaskan, pada 2016 emisi gas CO2 sudah mencapai 49.3 giga ton, setara dengan 72% dari total emisi gas pada tahun 2016.

Selama ini material umum membran adalah zat karbon dan zeolit. Karbon digunakan karena luas permukaannya besar dan zeolit digunakan yang memiliki tingkat penyerapan CO2 yang tinggi.

“Hingga akhirnya banyak peneliti yang mulai mengembangkan gabungan kedua material ini menjadi karbon tertemplat zeolit (KTZ),” jelasnya.

Tujuan pengembangan KTZ adalah untuk mendapatkan material yang mampu menyerap CO2 dalam jumlah banyak dan luas permukaan yang besar tersebut.

Rafika dan tim menggunakan material KTZ yang telah diberikan doping nitrogen (menjadi N-KTZ) sebagai pengisi membran pemisahan karbondioksida. “Dengan adanya gugus nitrogen yang bersifat basah, kami harap mampu mengikat gas CO2 yang cenderung sifatnya asam,” terangnya.

Pembuatan membran ini masih dalam tahap penelitian, mulai dari pembuatan material N-KTZ, membran flat MMM-NKTZ, serta uji daya serap gas CO2.

Meski baru diteliti dalam skala laboratorium, ke depan Rafika dan tim ingin mengembangkan temuan ini agar dapat digunakan pada skala industri. “Jadi gak hanya kilang minyak saja, namun juga dapat diaplikasikan di industri lain yang mengemisikan limbah CO2,” tegasnya.

Ia berharap agar penelitian mereka dapat digunakan sebagai sumber referensi bagi penelitian selanjutnya. Pasalnya, kata Rafika, aplikasi membran ini tidak hanya dapat mengurangi emisi gas CO2, melainkan juga bisa digunakan untuk sektor lain.

“Nanti kalau dikembangkan lebih jauh lagi, berbagai sektor industri di Indonesia akan mampu mengolah limbah CO2 dengan lebih matang,” pungkasnya.

 

Reporter: Abdul Hady JM

Editor: Abdul Rozak