Home Gaya Hidup Orang Indonesia Masih Sulit Terima Temuan Sejarah

Orang Indonesia Masih Sulit Terima Temuan Sejarah

Medan, gatra.net - Masyakat Indonesia, secara khusus di Sumatera Utara (Sumut), masih sulit menerima temuan sejarah, apalagi temuan itu berupa bantahan. Selain menuai kontroversi, si penemu atau penelitinya bisa jadi bahan ejekan publik.

Demikian kata sejarawan Phil Ichwan Azhari dalam kuliah umum dengan tema "Dr. Liberty dalam Hubungan Budaya Indonesia-Jerman" yang digelar Prodi Antropologi Sosial PPs dengan Ilmu Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Medan (Unimed).

Baca Juga: Soekirman, Orang Jawa Yang Mengistimewakan Batak

Kegiatan ini digelar di Gedung Pascasarjana Unimed, Jalan Williem Iskandar, Medan, Sabtu (20/7) dengan menghadirkan Prof Uli Kozok dari Universitas Hawaii, Amerika Serikat, serta para sejarawan yang ada di Sumatera Utara.

"Di Unimed ini beberapa kali digelar seminar sejarah dan langsung menuai kontroversi. Termasuk seminar tentang agama Sisingamangaraja XII. Masyarakat Batak pun bereaksi," kata Ichwan.

Reaksi yang sama, lanjut Ichwan, juga terjadi ketika Uli Kozok mengungkap hasil penelitiannya tentang misioner Nommensen. Uli Kozok mengungkap ada diduga kerjasama dengan Belanda saat menyebarkan Kristen di Tanah Batak.

Baca Juga: Forditas Gali Ketokohan dan Spiritualisme Dinasti Sisingamangaraja

Hasil penelitian itu, sambung Ichwan, kini dicetak dalam bentuk buku berjudul "Utusan Damai di Kemelut Perang : Peran Zending dalam Perang Toba"

Sementara itu, dalam paparannya, Uli Kozok mengungkap sisi lain dari seorang Liberty Manik. Liberty Manik kata Uli Kozok, tidak hanya seorang komponis dan pencipta lagu, Liberty juga seorang filolog atau ahli bahasa yang hebat.

"Dia banyak menerjemahkan teks kuno Batak yang masih ditulis dengan aksara Batak. Hasil translatenya itu tersimpan di sejumlah perpustakaan di Jerman," kata Uli.

Uli menambahkan, kemampuan Liberty dalam menerjemahkan teks kuno sangat luar biasa, bahkan di atas rata-rata seorang filolog pada umumnya. Di Jerman, lanjut Uli, Liberty pernah diminta menyusun katalog dokumen Batak.

Baca Juga: Tokoh Batak Bentuk YPKB

Namun di luar dugaan, Liberty malah mentranslatenya secara utuh. Kurang lebih sekarang ini ada 500 manuskrip teks kuno Batak yang ada di Jerman berkat Liberty. Padahal di Indonesia sendiri kurang lebih hanya 100 dan di Belanda sekitar 1000, kata Uli.

"Sayang sekali, sisi lain Liberty itu kurang tercatat dalam dokumen sejarah Indonesia. Padahal kemampuan mentranslate teks kuno yang dipunyai Liberty sungguh mengagumkan.

Liberty Manik sendiri lahir dari Sidikalang, Sumatera Utara, 21 November 1924. Ia meninggal dunia di Yogyakarta 16 September 1993. Liberty pernah mengajar di Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Lagu ciptaannya yang cukup dikenal antara lain "Satu Nusa Satu Bangsa" dan "Desaku".

1177