
Jakarta, gatra.net – Pianis dan komponis internasional asal Indonesia, Ananda Sukarlan, berbagi kunci kiprah suksenya di dunia seni, khususnya musik klasik yang membesarkan namanya.
Ananda menceritakan kunci suksenya dalam acara masterclass yang dihelat di Insitu Lakeside Experience, Bekasi, Jawa Barat (Jabar), baru-baru ini. Ia menyampaikan, dalam bermusik, seserang tidak bisa hanya sekadar mengandalkan talenta, namun dibutuhkan juga kerja keras dan dedikasi.
“Musik itu 1 persen talenta, 99 persen kerja keras. Mungkin kelihatan orang, saya mudah hanya berbekal talenta, namun orang tidak lihat waktu yang saya pakai untuk latihan,” kata Ananda dalam keterangan pers diterima pada Minggu (5/2).
Baca Juga: Ananda Sukarlan & Penghargaan dari Italia
Ia mengatakan, butuh waktu latihan tidak sedikit untuk bisa mahir. Maka yang dibutuhkan ialah dedikasi untuk terus berlatih secara konsisten untuk mendapatkan hasil maksimal. Selain itu, ia juga menjelaskan pentingnya metode mengajarkan seorang anak dalam bermusik.
Ananda mencontohkan siasatnya untuk membuat anaknya tertarik pada piano, yaitu dengan membuat buku kumpulan lagu piano buatannya. Buku tersebut diberi nama Alicia’s Piano Book yang diambil dari nama anaknya.
“Banyak anak-anak yang belajar menggunakan buku-buku seperti Hanon, Burgmuller. Isinya teknis sekali, banyak anak yang akhirnya berhenti belajar piano karena itu,” ujarnya.
Alternatif buku yang ia buat mengombinasikan teknik permainan dengan lagu-lagu menarik sehingga proses belajar menjadi tidak membosankan dan tetap menarik.
Acara tersebut dihadiri sejumlah murid piano terpilih dari Signature Music Academy untuk memeriahkan konser. Acara tersebut diawali dengan masterclass. Satu persatu para murid dibimbing secara langsung oleh Ananda Sukarlan. Beberapa di antaranya memainkan lagu pilihan yang akan mereka bawakan pada konser di sesi berikutnya.
Setelah masterclass konser, kemudian dilanjutkan dengan diskusi yang dipimpin oleh Ananda Sukarlan. Pengunjung mendapatkan kesempatan untuk bertanya langsung terkait piano. Dalam sesi tersebut ia juga turut menyampaikan apresiasi kepada seluruh pihak yang terlibat.

Masuk ke sesi berikutnya, sejumlah murid membawakan karya solo dari buku Ananda Sukarlan yakni Nusantara Bersama, Alicia’s Piano Book (Series) hingga Transformations on Indonesian Children Songs. Konser ditutup dengan penampilan duet dari Wilibrordus Vidi dan Alfonsus Jastin membawakan Gelang Sipaku Gelang, dilanjutkan Laurencius Steven H dan Laurencius Karen H memainkan Soleram.
Sesi ditutup oleh trio Axelle Dimaz Khan, Alfonsus Jastin dan Melvyn Novsallen memainkan salah satu karya Ananda Sukarlan yakni Not Rapsodia Nusantara But Almost. Total ada 16 murid yang ikut berpartisipasi dalam konser.
Mereka yaitu Axelle Dimas, Alfonsus Jastin, Melvyn Novsallen, Laurencia Karen, Laurencius Steven, Irene Sabaszita, Beatrice Jean Consolata Gobang, Roderikus Seto, Tama Simanjuntak, Yohana Henny, Marcel Ibrahim, Giacinta Nathania, Yosua Hada, Wilibrordus Vidi dan Roihan Vinsensius.
Ananda lahir di Jakarta pada 10 Juni 1968. Ia adalah seorang pianis, komposer sekaligus aktivis pendidikan terkemuka dalam bidang musik klasik. Ia menjadi penerima gelar kesatriaan tertinggi “Cavaliere Ordine della Stella d’Italia” dari Presiden Sergio Mattarella. Karya pianonya yang paling terkenal ialah Rapsodia Nusantara, telah dimainkan oleh banyak pianis di seluruh dunia.
Pada tahun 2000, Ananda menjadi pianis Indonesia pertama yang diundang ke Portugal setelah terjalinnya kembali hubungan diplomatik kedua negara. Ia mendapatkan undangan dari Portuguese National Symphony Orchestra. Pada tahun yang sama, ia menjadi satu-satunya orang Inodnesia di buku “The 2000 Most Outstanding Musicians of the 20th Century” oleh penerbit Cambridge.
Meski tinggal di daratan Eropa (Spanyol), Ananda Sukarlan tak lantas kehilangan cintanya kepada Tanah Air. Banyak karya-karyanya yang memasukan unsur musik tradisional Indonesia ke dalam landscape musik klasik, misalnya karya The Voyage to Marege, atas permintaan Darwin Festival 2017 yang juga baru saja dipagelarkan oleh G20 Orchestra di Candi Borobudur, 12 September 2022 lalu.
Baca Juga: Ananda Sukarlan & Musikalisasi Teks Proklamasi
Grup media besar Mobiliari Group telah memasukkannya dalam 100 tokoh seniman Asia paling berpengaruh tahun 2020 “Asian Most Influential (AMI)". Ia juga adalah musikus klasik Asia pertama yang karyanya terdaftar di Non-Fungible Token (NFT).
Ananda juga sempat ditulis oleh harian “The Sydney Morning Herald” sebagai “One of the World’s Leading Pianists at the Forefront of Championing New Piano Music”.
Dia merupakan penerima Dharma Cipta Karsa RI 2014 Dan Anugerah Kebudayaan RI 2015.? Pada tahun 2020, dilantik menjadi Presiden Dewan Juri Queen Sofia Prize di Spanyol, penghargaan tertinggi musik klasik di Eropa.