
Purbalingga, gatra.net – Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Purbalingga mengusulkan kepada pemerintah untuk membangun museum mini tembakau di Purbalingga. Kejayaan Purbalingga sebagai penghasil tembakau pada masa kolonial Belanda hingga pascakemerdekaan dinilai merupakan sejarah yang perlu diketahui masyarakat Indonesia.
Dari lokasi pabrik dan belasan bekas gudang tembakau masa kolonial yang diketahui di Purbalingga, anggota TACB, Purwanto, mengusulkan agar museum tersebut dibangun di Kelurahan Kandang Gampang, kota Purbalingga.
“Museum itu bisa dibangun di situs tempat GMIT dulu beroperasi, yaitu di wilayah Kelurahan Kandang Gampang yang saat ini sudah menjadi PT Indekores Sahabat,” katanya, Selasa (9/7) malam.
Data TACB, catatan pemerintah Hindia Belanda sudah menyebutkan bahwa sejak 1906 sudah ada perkebunan tembakau di wilayah Purbalingga. Terbukti, pada masa silam, Purbalingga adalah penghasil tembakau penting untuk Eropa.
Baca juga: Jejak Sejarah Kejayaan Tembakau di Purbalingga
Seorang petani yang masih gigih melestarikan tembakau lokal khas Nusantara adalah Ratno, warga Kutabawa, Kecamatan Karangreja, Purbalingga. Ia menanam tembakau lokal yang benihnya diturunkan sejak puluhan tahun silam. “Kami menanam dengan sistem tumpang sari dan hanya setahun sekali di sekitar tanggul tanaman sayuran,” ucap Ratno.
Menurut Ratno, tanaman tembakau masih banyak dibudidayakan sampai tahun 1990-an. Namun, secara perlahan, tembakau terdesak tanaman sayuran seperti kentang dan cabai yang dinilai lebih menjanjikan dari sisi ekonomi.
Sementara itu, budayawan Purbalingga, Agus Sukoco, menyatakan bahwa seharusnya Purbalingga belajar pada sejarah. Sejarah panjang tembakau di Purbalingga adalah bukti bahwa tembakau merupakan komoditas yang cocok dengan karakteristik alam Purbalingga. Muaranya, petani bakal sejahtera. Tentu saja, perlu dorongan seluruh pihak agar tembakau Nusantara kembali berjaya di tanah leluhurnya.
“Saya yakin, Belanda memutuskan untuk menanam tembakau dan komoditas perkebunan lainnya di Purbalingga dengan pertimbangan dan penelitian mendalam sehingga bisa berhasil dengan baik. Kita tinggal merawat dan menduplikasinya,”ucap Agus.
Gayung pun bersambut, Bappelitbangda menyatakan siap untuk memfasilitasi kegiatan-kegiatan pengembangan tembakau di Purbalingga. Kepala Bidang Ekonomi Bappelitbangda Kabupaten Purbalingga, Sukram, juga menyambut baik usulan TACB Kabupaten Purbalingga untuk pembangunan museum mini yang menceritakan kejayaan tembakau Purbalingga.
“Tahun 2020 bisa kita anggarkan demplot-demplot dan pendampingan petani tembakau,” ujar Sukram.
Menurut Kepala Bidang Pariwisata Dinporabudpar Purbalingga, Prayitno, pengembangan industri tembakau bisa disinkronisasikan dengan pengembangan pariwisata. Terlebih, menilik sejarah kejayaan tembakau Purbalingga.
“Selama ini, kalau ingin karya wisata industri biasanya hanya ke pabrik permen Davos atau ke pabrik rambut, kenapa tidak kita karyawisata ke kebun tembakau dan pabrik rokok,” kata Prayitno.