
Port Moresby, gatra.net - Perdana Menteri Papua Nugini, Peter O'Neill akan menyerahkan kursi kekuasaannya kepada oposisi Sir Julius Chan karena didesak untuk lengser oleh pemerintahannya.
"Penting bahwa kita menjaga sejumlah stabilitas. Kami telah mendengar seruan dan kami telah sepakat untuk perubahan pemerintahan," kata O'Neill kepada wartawan di Ibu Kota Port Moresby.
Diwartakan BBC, O'Neill didesak untuk turun karena mengalami kegagalan dalam menjalankan pemerintahannya yang sudah berjalan tujuh tahun. Dia tidak memiliki dukungan melanjutkan pemerintahannya karena sudah berminggu-minggu masyarakat Papua Nugini menuntutnya untuk lengser.
Sir Julius mengatakan, dia menginginkan negara Pasifik Selatan yang berpenduduk 7,3 juta orang ini, berterima kasih dengan PM sebelumnya dan memastikan stabilitas dengan transisi yang mulus. "Saya ingin berterima kasih kepada Perdana Menteri Peter O'Neill atas semua yang telah dilakukannya untuk membawa negara ini (ke tempat itu sekarang) hari ini," katanya kepada wartawan.
"Kami tidak hanya akan menjadi pemerintah sementara, kami akan bekerja. Saya tidak bermaksud menjadi bebek lumpuh. Kami akan memajukan negara ini," jelasnya. Namun, pihak oposisi mengatakan mendapat dukungan dari cukup anggota parlemen untuk membentuk pemerintahan yang baru.
Negara tetangga Papua Nugini, Australia leway, Perdana Menteri Scott Morrison mengatakan dia berharap dapat bekerja sama dengan Sir Julius. "Tentunya dengan cara yang sama saya menikmati persahabatan dan hubungan yang begitu kuat dengan Peter O'Neill," ujar Morrison.
"PNG adalah teman dan tetangga terdekat kami, hanya ada sedikit jarak di antara kami," katanya, kepada wartawan di Canberra.
O'Neill berada di bawah tekanan atas sejumlah masalah, termasuk proyek gas miliaran dolar yang ditandatangani pada awal tahun dengan perusahaan Prancis, Total dan Amerika Serikat, ExxonMobil. Meskipun proyek ini hampir meningkatkan nilai ekspor gas PNG, tetapi masyarakat setempat merasa khawatir karena mereka mengesampingkan dampaknya.
PNG memiliki cadangan tembaga, emas, dan minyak yang kaya, tetapi pembangunan mereka terhambat dengan masalah ketertiban umum, medan yang sulit, dan perselisihan tentang wilayah.