Jakarta, gatra.net - Bakal calon presiden (capres) Prabowo Subianto dinilai merupakan sosok tepat untuk menjadi Presiden Indonesia pada periode berikutnya. Prabowo disebut figur pemimpin yang bernyali dan juga berani seperti yang selalu diungkapkan oleh Presiden Jokowi di berbagai kesempatan.

“Kalau Jokowi menegaskan soal perlunya pemimpin bernyali dan berani, tampaknya itu lebih dekat ke karakter Prabowo,” kata Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia (LSI), Djayadi Hanan dalam keterangannya pada Senin (9/10).

Djayadi menambahkan, sinyal–sinyal Presiden Jokowi yang mengatakan pemimpin Indonesia selanjutnya harus bernyali dan berani memang tercermin dari karakter Prabowo. Hal itu lantaran Indonesia pada beberapa tahun mendatang akan menghadapi kondisi yang tidak pasti dan juga persaingan di tingkat global dan mancanegara.

Tak hanya itu, di beberapa kesempatan, Presiden Jokowi kerap menegaskan, jika pemimpin berikutnya harus bernyali dan berani mengambil risiko. Maka dari itu Djayadi meyakini semua sifat itu ada di dalam diri Prabowo.

Adapun berdasarkan dari riset di berbagai lembaga survei, masyarakat Indonesia lebih mengharapkan pemimpin yang memiliki karakter merakyat, tegas berwibawa hingga jujur sekaligus pintar. Karenanya, Djayadi menilai, tegas dan berwibawa itu adalah kriteria yang sudah melekat ke dalam diri Prabowo.

“Kita semua tahu, Pak Jokowi sangat memperhatikan hasil–hasil riset opini publik lewat survei,” ungkap Djayadi.

Sebelumnya, Presiden Jokowi selalu mengutarakan beberapa kriteria sosok yang tepat untuk menjadi pemimpin Indonesia berikutnya. Salah satu yang paling menonjol adalah, pemimpin Indonesia berikutnya haruslah figur yang memiliki nyali tinggi dalam menghadapi berbagai persoalan bangsa dan negara.

“Karena memang sekali lagi, ke depan dibutuhkan pemimpin yang memiliki keberanian, dibutuhkan pemimpin yang bernyali, memiliki nyali yang tinggi, dibutuhkan pemimpin yang berani mengambil risiko,” kata Presiden Jokowi dalam Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Solidaritas Ulama Muda Jokowi (Samawi) di Istora Senayan, Jakarta, Sabtu (7/10).

“Karena yang dihadapi ke depan akan makin kompleks. Makin sulit, dan makin tidak mudah,” sambungnya.