Home Regional Debit Air Waduk Mulur Turun Drastis, Setengah Ton Ikan Milik Petani Mati

Debit Air Waduk Mulur Turun Drastis, Setengah Ton Ikan Milik Petani Mati

Sukoharjo, gatra.net – Debit air di Waduk Mulur Bendosari, Sukoharjo, Jawa Tengah, mengalami penurunan drastis. Akibat dari kondisi tersebut membuat petani karamba kini merugi.

Dari pantauan di lokasi, tampak beberapa area di Waduk Mulur sudah mulai mengalami pendangkalan. Sejumlah ikan juga terlihat membusuk di kawasan waduk. Meski demikian, beberapa karamba masih digunakan untuk budidaya ikan.

Ketua Paguyuban Mina Makmur Waduk Mulur Bendosari, Catur Joko mengatakan, penurunan debit air di Waduk Mulur Bendosari berdampak pada petani ikan yang mulai khawatir. Dalam paguyuban petani di Waduk Mulur Bendosari terdapat sebanyak 18 petani karamba ikan tergabung dalam satu kelompok Mina Makmur.

Petani karamba ikan di Waduk Mulur Bendosari sejak awal sudah mengetahui informasi adanya prediksi cuaca panas ekstrem akibat pengaruh fenomena alam El Nino. Puncak panas terjadi pada Agustus hingga Oktober ini yang berpengaruh pada penurunan debit air.

“Kalau kondisi panas terus seperti ini maka dikhawatirkan bisa berdampak pada kekeringan di Waduk Mulur Bendosari. Harapannya tidak sampai berpengaruh besar dan merugikan petani ikan,” katanya, Rabu (4/10).

Kondisi ikan yang mati di Waduk MulurWaduk Mulur dampak kekeringan, Rabu (4/10/2023). (GATRA/Dhessy Wulandari)
Kondisi ikan yang mati di Waduk Mulur terdampak kekeringan, Rabu (4/10/2023). (GATRA/Dhessy Wulandari)

Menurutnya, idealnya untuk karamba kedalaman air sekitar lima meter, namun debit air tidak mencukupi. Musim panas ini membuat ikan kekurangan oksigen sehingga banyak yang mati. Tercatat, dalam tiga bulan terakhir ini ada sekitar setengah ton ikan yang mati milik 18 petani karamba Mina Makmur.

Sehingga untuk menekan potensi kerugian dampak musim kemarau yang berpengaruh pada penurunan debit air di Waduk Mulur Bendosari membuat petani ikan terpaksa mengurangi benih ikan. Hal ini dilakukan mengingat ikan dengan ukuran kecil rentan mati karena pengaruh cuaca ekstrem.

“Kami hanya bisa menunggu musim hujan datang dan debit air Waduk Mulur Bendosari kembali bertambah,” ujarnya.

Dia mengaku, meski dinas terkait sudah meninjau kondisi waduk dan petani ikan, namun hingga kini belum ditemukan titik terang dari permasalahan ini. Sehingga dia hanya berharap, Waduk Mulur kembali dilakukan pengerukan untuk mengurangi sedimentasi.

“Ya mau gimana lagi, ini fenomena alam, karena waduk ini tadah hujan, dan dapat aliran dari sungai Jelantah, tapi saat ini sungainya kering jadi enggak bisa masuk waduk airnya,” imbuhnya.

Pengembangan Kawasan Waduk

Menurut sejarah, Waduk Mulur dibangun tahun 1926 pada masa pemerintahan Hindia Belanda. Meski usianya mendekati satu abad, waduk atau bendungan itu masih tetap berfungsi dengan baik sebagai cadangan air untuk pengairan di wilayah Sukoharjo. Waduk Mulur pernah direnovasi pada 1998, namun hal itu tak menghilangkan kesan produk kolonial Belanda dan masih tetap terjaga bentuk aslinya.

Waduk yang mempunyai elevasi sekitar 110 meter dari permukaan laut (dpl) dan volumenya 2,75 juta meter kubik mampu menyuplai irigasi untuk 43 hektare sawah. Waduk terbesar di Sukoharjo itu dimanfaatkan warga untuk membudidayakan ikan nila dalam karamba apung. Saat sore hari, tak sedikit masyarakat mengunjungi Waduk Mulur untuk menikmati panorama alam.

Kawasan Waduk Mulur pernah digunakan untuk olahraga air atau lomba dayung, sky air dan sepeda motor air. Ada pula lahan perkemahan di kawasan Waduk Mulur yang dapat digunakan untuk kegiatan kepramukaan.

Diketahui saat ini status waduk merupakan aset milik Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah. Sejak beberapa tahun lalu, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sukoharjo telah memproses pengajuan pengelolaan kawasan Waduk Mulur. Proses tersebut membutuhkan waktu yang cukup lama. Namun, kini sudah ada kejelasan terkait upaya pengelolaan tersebut.

“Saat ini tahapannya sudah penyusunan DED (Detailed Engineering Design) terkait penataan kawasan Waduk Mulur,” kata Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata (Disporapar) Sukoharjo, Setyo Aji Nugroho.

Perahu di Waduk Mulur Sukoharjo yang terdampak kekeringan, Rabu (4/10/2023). (GATRA/Dhessy Wulandari)
Perahu di Waduk Mulur Sukoharjo yang terdampak kekeringan, Rabu (4/10/2023). (GATRA/Dhessy Wulandari)​​​​

Aji mengaku terkait penyusunan DED tersebut sudah berjalan dan sudah dilakukan penandatanganan kontrak sejak 22 Agustus 2023 lalu. Menurutnya, tahapan DED dilakukan setelah sebelumnya sudah dilakukan studi kelayakan oleh Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian, dan Pengembangan Daerah (Bapperida) Sukoharjo.

Menurutnya, revitalisasi Waduk Mulur disiapkan secara matang agar nantinya bisa berjalan dengan baik. Selain diproyeksikan sebagai objek wisata, di kawasan yang sama juga dibangun bumi perkemahan, dan lainnya.

“Sukoharjo memang diminta untuk untuk membuat DED dulu dan diharapkan bisa selesai Desember 2023 ini,” ungkap Aji.

Aji menambahkan, sesuai hasil studi kelayakan, dalam revilitasi objek wisata Waduk Mulur akan dipusatkan di Lapangan Pringgondani, Desa Mulur, Kecamatan Bendosari. Kawasan lapangan tersebut nantinya akan dilengkapi dengan sejumlah wahana dan pusat kuliner.

“Ada juga didalamnya kawasan makam tokoh penyebar Islam Mbah Sayidiman yang bersebelahan dengan lapangan. Setelah DED rampung, tahapan selanjutnya adalah menyusun Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal),” tandasnya.

199