
Pekanbaru, gatra.net - Walau hamparan kebun kelapa sawit di kawasan Dayun Kabupaten Siak Provinsi Riau itu sudah berumur rata-rata 30 tahun, tapi soal produktivitas, jangan diragukan. Masih sangat moncer!
Tiap bulan, sehektar kebun milik petani plasma binaan Asian Agri itu, masih bisa menghasilkan 4 ton Tandan Buah Segar (TBS).
"Kami panen tiap 10 hari. Per kapling --- 2 hektar --- kebun bisa menghasilkan 2,7 ton TBS," cerita Katimin, salah seorang petani plasma di Desa Sukamulya, Kecamatan Dayun, saat berbincang dengan gatra.net, pekan lalu.
Di desa itu kata lelaki 58 tahun ini, mereka terdiri dari 436 kepala keluarga yang menjadi pemilik dari 860 hektar kebun. Mereka dibagi dalam 18 kelompok.
Saat diajak mengitari kebun kelapa sawit di desa itu, Katimin pun cerita kenapa kebun mereka masih bisa menghasilkan TBS sebanyak itu meski tanamannya sudah tua.
Ada sederet tips yang dia bocorkan. Pertama, standar perawatan kebun. Saat pembersihan, mereka tidak membunuh gulma yang ada pada tanaman sawit.
"Kebanyakan petani membersihkan lahan sawit sampai benar-benar bersih, padahal banyak bagian-bagian yang mestinya tidak boleh dibuang," katanya.
Misalnya tanaman pakis. Menurut Katimin, tanaman pakis ini justru berguna sebagai wadah penyimpanan air. Lantaran itulah gulma itu dibiarkan tumbuh di sekitar pohon sawit.
"Tapi pakis kawat, ilalang, rumput babi, dan anakan kayu, itu wajib dibersihkan," pintanya.
Tips kedua, enam bulan sekali petani musti rutin menyemprot piringan dan gawangan biar hasil panen gampang diangkut.
Yang ketiga, petani musti melakukan pruningan 1 kali dalam setahun. Pruningan ini adalah pembersihan pelepah pohon kelapa sawit yang sudah mengering atau tua.
"Ingat, tiap pohon kelapa sawit, harus ada 40 pelepah yang dirawat agar fotosintesis bagus dan unsur hara terurai sempurna, ini demi memudahkan bunga petik sari dibuahi," ujarnya.
Berikutnya, pemupukan harus dilakukan sekali dua bulan dan harus menggunakan pupuk berkualitas tinggi. Tiap pokok musti kebagian 8 kilogram pupuk majemuk dalam setahun.
"Yang terakhir adalah pola panen. Selama ini kami memang dibina oleh perusahaan PT. Inti Indosawit Subur (IIS) sebagai bapak angkat kami. Nah, urusan panen ini juga diajari kayak begini; misalnya pola 1:1. Tiap 1 kilogram TBS 1 brondolan yang jatuh. Artinya, kalau TBS itu seberat 10 kilogram, harus ada 10 berondolan yang jatuh," terangnya.
Menurut Katimin, bukan cuma di desa mereka yang menerapkan pola semacam itu, tapi di semua kebun plasma binaan IIS.
"Di Kabupaten Siak ini adalah 12 desa transmigrasi yang dibina perusahaan. Dua desa ada di Kecamatan Dayun, sisanya di Kecamatan Kerinci Kanan. Adapun total luas lahan kebun plasma 12 desa ini mencapai 11 ribu hektar," Katimin merinci.
Abdul Aziz