Home Ekonomi Jawab Isu Peningkatan Polusi Jabodetabek, Kemenperin: Industri Semen Sudah Miliki CEMS

Jawab Isu Peningkatan Polusi Jabodetabek, Kemenperin: Industri Semen Sudah Miliki CEMS

Jakarta, gatra.net - Plt Dirjen Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil (IKFT) Kementerian Perindustrian, Ignatius Warsito menyebut bahwa pihaknya telah menyampaikan surat pada seluruh asosiasi pelaku IKFT untuk memetakan tingkat emisi di industrinya masing-masing. Hal ini dilakukan guna menjawab isu terkait peningkatan polusi udara di Jabodetabek.

Ia menyebut, diharapkan dalam minggu ini kondisi konkret kontribusi sektor IKFT terhadap polusi udara bisa didapatkan.

"Karena itu merupakan tanggung jawab kami. kami juga ingin sektor IKFT ramah lingkungan. ini juga kita kawal sejak pascapandemi Covid-19 ke tiap-tiap industrinya," jelasnya dalam diskusi di Jakarta, Senin (28/8).

Direktur Industri Semen, Keramik, dan Pengolahan Bahan Galian Nonlogam, Wiwik Pudjiastuti juga mengatakan bahwa industri semen yang dituding menjadi salah satu penyumbang polusi terbesar Jabodetabek tidaklah benar. Pasalnya tiga industri semen terbesar di Jabodetabek yakni PT Solusi Bangun Indonesia, PT Indocement, dan PT Jui Shin Indonesia sudah memiliki Continuous Emission Monitoring System (CEMS).

CEMS merupakan sebuah sistem pengawasan emisi yang terkoneksi langsung pada Sistem Informasi Pemantauan Emisi Industri Kontinyu (SISPEK) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Sehingga, apabila industri semen mengeluarkan emisi di luar ambang batas, KLHK akan langsung mengetahuinya.

"Sebenarnya KLHK sudah bisa mengontrol posisi emisi yang dikeluarkan oleh industri semen kita. Karena sudah terkoneksi di dalam SISPEK," jelas Wiwik.

Selain itu, lanjutnya, Kemenperin juga sudah melakukan pendataan dan pemetaan. Dari tiga perusahaan yang ada di Jabodetabek, dua di antaranya sudah dilakukan monitoring secara langsung.

"Pertama dilakukan di PT Jui Shin di Karawang, memang dari hasil monitoring yang kita lakukan, dikoordinir oleh Dirjen KPAII dan BSKJI ternyata memang emisi yang dikeluarkan tidak melebihi batas yang menjadi kecurigaan," jelasnya.

Ia juga menyebut bahwa PT Solusi Bangun Indonesia sudah memanfaatkan energi baru terbarukan (EBT) dengan menggunakan sampah untuk menggantikan batu bara. Upaya ini pun dilakukan untuk menurunkan tingkat emisi yang dihasilkan industri.

"CEMS sudah terkoneksi ke KLHK, dan emisinya sudah sangat terkontrol. Jadi kemungkinan terjadinya emisi di luar ambang batas rasanya sangat kecil," tegasnya.

31