
Bantul, gatra.net - Klinik Rumah Sehat BAZNAS di Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mencatat ada 27.570 warga penerima zakat atau mustahik telah terdaftar dan berhak mendapat pelayanan kesehatan. Peningkatan pelayanan kesehatan terus diperluas dengan menghadirkan klinik berjalan di berbagai pelosok Yogyakarta.
Jumlah ini disampaikan Kepala Klinik Rumah Sehat BAZNAS Bantul, Dina Arisonaningtyas, Sabtu (22/7). Peserta yang tersebar di lima kota/kabupaten di Yogyakarta didominasi dari Bantul karena keberadaan kliniknya di Kecamatan Sewon.
“Mustahik yang mendaftar ke sini akan diverifikasi lapangan untuk mengetahui memenuhi syarat atau tidak. Jika lolos, peserta akan mendapatkan akses pelayanan kesehatan di sini gratis untuk seluruh keluarga dan berlaku dua tahun untuk dievaluasi,” jelasnya, Sabtu (22/7).
Di Klinik Rumah Sehat BAZNAS, selain mendapatkan pelayanan kesehatan dasar, juga terdapat fisioterapi dan pelayanan kesehatan mata setiap Rabu bersama Fakultas Kedokteran Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) Universitas Gadjah Mada (UGM).
Selain itu, melalui program di luar klinik, pihaknya terlibat dalam penanggulangan stunting yang menjadi perhatian pemerintah. Di Bantul, lewat ‘Kampung Berkah’, saat ini program penanggulangan stunting difokuskan di Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri.
“Selain melibatkan berbagai ahli gizi, dalam penanggulangan stunting kami juga memberikan menu tambahan kepada penderita stunting. Enam bulan sekali kami mengontrol perkembangan mereka,” ujarnya.
Sebagai upaya peningkatan jumlah mustahik di pelosok Yogyakarta, Dian memaparkan pihaknya rutin menggelar pemeriksaan kesehatan ke masyarakat.
Sementara itu, sebagai upaya pengembangan dan pengelolaan filantropi keIslaman, BAZNAS pusat pada Jumat (21/7) meluncurkan program beasiswa pascasarjana yang bekerjasama dengan Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Kepala BAZNAS, Noor Achmad, menerangkan beasiswa ini meliputi beasiswa pendidikan jenjang magister (S2) Kajian Filantropi, Kebencanaan, dan Pembangunan Berkelanjutan pada Prodi Interdisciplinary Islamic Studies dan jenjang doktor dan (S3) Prodi Studi Islam Doktor (S3) di UIN Suka.
Penerima beasiswa ditargetkan maksimal 60 peserta dengan formasi 40 untuk S2 dan 20 untuk S3, yang merupakan amilin atau amilat dari BAZNAS RI, BAZNAS provinsi, BAZNAS kabupaten/kota.
Program ini menghubungkan tiga hal sekaligus, seperti studi filantropi yang mencakup manajemen zakat dan berkaitan dengan manajemen kebencanaan dan pembangunan aspek berkelanjutan.
"Inilah yang akan kita kembangkan di UIN Yogyakarta terkait program S2 dan S3 BAZNAS yang akan mempelajari perkembangan masyarakat terkait juga kebencanaan. Kita harapkan nanti mahasiswa/amil BAZNAS mempunyai kemampuan atau perangkat analisis yang kuat," jelas Noor.
Menurut Noor, tujuan program ini untuk memperkuat dan meningkatkan kapasitas sumber daya manusia yang bekerja di BAZNAS seluruh Indonesia. Ilmu yang didapat akan membantu para amil saat membantu korban bencana.
Program ini diharapkan mencetak filantropi yang baik, pengembangan masyarakat yang baik dalam zakat, infak, dan sedekah (ZIS), dan pengelolaan kebencanaan yang baik.
“Jadi ketika ada bencana, tidak sekadar menolong tapi juga membantu masyarakat setelah bencana, terkait trauma healing atau pengembangan ekonomi masyarakat ke depan. Termasuk soal social entrepreneurship. Ini juga menjadi perhatian bagi kita semua, karena entrepreneurship itu terkait kehidupan sosial," ujarnya.
Noor menambahkan, program beasiswa ini sejalan dengan upaya BAZNAS mengembangkan kompetensi dan kapabilitas para amil. Program ini diharapkan dapat membantu menciptakan SDM yang lebih baik dan memberikan manfaat bagi masyarakat yang membutuhkan.