Home Lingkungan Minimalkan Sampah Rumah Tangga, UNS Ajak Ibu-ibu untuk Belajar Maggot

Minimalkan Sampah Rumah Tangga, UNS Ajak Ibu-ibu untuk Belajar Maggot

Sukoharjo, gatra.net - Sampah, terutama sampah rumah tangga, menjadi persoalan kompleks di Indonesia. Untuk itu Universitas Sebelas Maret (UNS) mengajak masyarakat mulai mengelola sampah dari rumah. Sampah rumah tangga pun bisa dikelola sebelum akhirnya dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA).

UNS menerapkan program Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), khususnya Direktorat Sampah untuk program ini.

"Ada persoalan sampah yang luar biasa. Makanya muncul gagasan untuk pengelolaan sampah dari lingkup yang terkecil, yakni sampah rumah tangga,” kata anggota tim Research Group Hukum Administrasi dan Energi Fakultas Hukum UNS Lego Karjoko saat ditemui di sela program pengabdian masyarakat UNS di Desa Palur, Mojolaban, Sukoharjo, Selasa (18/7).

Targetnya, selain mengelola sampah dan meminimalkan pembuangan ke TPA, sampah menghasilkan pendapatan dalam rumah tangga dan memberikan manfaat lebih luas karena bisa diterapkan di masyarakat.

Untuk mewujudkan hal itu, para ibu rumah tangga diberi pelatihan untuk membuat maggot dengan memanfaatkan sampah rumah tangga.

Harapannya, pengelolaan sampah rumah tangga bisa mengurangi 30 persen sampah sebelum dibuang ke TPA.

”Ini masih jauh. Target berkurang 30 persen ini jangka panjang. Paling tidak butuh sampai 6 tahun paling cepat dan 8 tahun hitungan paling lambat. Tidak gampang menyadarkan masyarakat,” kata Guru Besar Bidang Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum (FH) UNS ini.

Kegiatan berbasis kemasyarakatan ini rencananya tidak hanya diterapkan di satu wilayah. Jika pendampingan ini berhasil dan menghasilkan bagi masyarakat, daerah lain akan disasar program serupa.

”Harapannya ada feedback, sehingga nantinya bank sampah ini bisa menjadi sumber pendapatan bagi tiap keluarga,” katanya.

Dengan cara ini, pengelolaan sampah di Indonesia diharapkan bisa lebih baik. Pasalnya selama ini kebijakan pengelolaan sampah bersifat top down.

”Ini terbukti tidak sukses, makanya kami membuat penelitian ini dengan metode pengelolaan sampah bottom up. Ini berbasis partisipasi masyarakat. Sehingga ini lebih fundamental karena melibatkan masyarakat,” katanya.

Pelatihan ini melibatkan ibu-ibu rumah tangga dari Desa Palur, Mojolaban, Sukoharjo. UNS bekerja sama dengan BSF Klaten untuk pelatihan. Mereka dilatih untuk membuat dan memanfaatkan sampah dengan maggot melalui metode Black Soldier Fly (BSF).

”Selama ini pakan ternak itu mahal, pupuk juga mahal. Kalau kita lihat persoalan utamanya yakni sampah, karena selama ini sampah tidak diolah. Dengan sampah diolah ini, bisa dimanfaatkan menjadi pakan ayam, pakan unggas, pakan ikan, atau pupuk dengan menggunakan teknologi BSF atau lalat tentara hitam,” kata pendiri BSF Klaten, Fikri Mubarok.

BSF akan membantu sampah-sampah organik diubah menjadi sumber protein. ”Tidak hanya dijual langsung, tapi maggot ini bisa diubah menjadi pakan ayam, pakan ikan, sehingga telur ayam, ayam, atau ikannya bisa dijual,” katanya.

163