
Ogan Ilir, gatra.net – Warga Desa Bakung, Kecamatan Indralaya Utara, Ogan Ilir (OI), Sumatera Selatan (Sumsel) dibuat resah dengan ratusan ikan mati mendadak di embung penampungan air yang berada desa tersebut.
Diduga embung tercemar limbah pabrik pengolahan singkong yang mengakibatkan air menjadi busuk dan mengeluarkan bau menyengat disertai buih putih.
Pencemaran air sudah terjadi sejak beberapa hari dan membuat habitat ikan toman dan gabus terganggu. Bahkan pencemaran air sudah menjalar pada anak sungai di dua desa, yakni Bakung dan Suka Mulia.
Kepala Desa Bakung, Suharman, mengatakan, volume air di embung memang berkurang sehingga tidak mengalir saat memasuki musim kemarau.
“Setelah dicek, ternyata ada kebocoran pada Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) perusahaan sehingga limbah mengalir ke anak sungai,” ujarnya.
Kades menambahkan, pihak perusahaan mengaku akan bertanggung jawab dengan menyediakan air bersih untuk kebutuhan mandi, cuci, dan kakus atau MCK.
“Ada sekitar 30 kepala keluarga di Desa Bakung yang terdampak pencemaran limbah. Mereka mendapatkan bantuan air minum. Bantuan satu galon air minum per kepala keluarga, selain air bersih untuk MCK,” ungkapnya.
Menurutnya, baru kali ini terjadi kebocoran IPAL sejak perusahaan tersebut beroperasi satu tahun lalu. Maka dampak pencemaran limbah sangat terasa saat memasuki musim kemarau.
"Pihak perusahaan juga berjanji akan membersihkan limbah di sungai dengan menggunakan alat berat dan sumur bor akan digarap," ucapnya.
Sementara itu, Sekda Ogan Ilir, Mukhsin Abdullah, didampingi Asisten II, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) OI, dan camat Indralaya Utara langsung meninjau di lokasi embung dan anak sungai di Desa Bakung, Senin (3/7).
Dari hasil pengamatan tersebut memang ditemukan hal-hal yang menjadi penyebab dari pencemaran di embung dan sungai.
“Terjadi kebocoran limbah dari pabrik singkong, sehingga mencemari sungai. Setelah kami kunjungi perusahan tersebut, kami minta hentikan dulu sementara, jangan operasi dulu dan yang kurang sempurna dibenahi lagi,” ungkap Sekda.
Pihaknya juga meminta, perusahaan agar memperhatikan bahan kimia yang digunakan untuk menetralisir limbah yang ada.
‘’Jadi sekalipun limbah bocor ke sungai, tidak sampai mengakibatkan keracunan bagi ekosistem yang mengonsumsi sumber air di sungai,’’ tegasnya.