
Jakarta, gatra.net - Torehan positif kinerja perbankan negara tak hanya datang dari bank-bank konvensional. Setelah, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN berhasil menunjukkan kinerja cemerlang sepanjang 2022, kini giliran PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) yang juga mencatatkan kinerja ciamik pada 2022.
BSI yang pendiriannya diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada 1 Februari 2021 lalu berhasil melesat menjadi bank terbesar ke-6 di Indonesia dengan melewati CIMB Niaga.
"Alhamdulillah, kinerja BSI sepanjang tahun lalu tumbuh signifikan. Kita bisa lihat dari laba bersih BSI yang mencapai Rp4,26 triliun atau tumbuh 40,68 persen secara year on year (yoy) di akhir 2022," ujar Menteri BUMN Erick Thohir di Jakarta, Selasa (21/2).
Erick menyampaikan pertumbuhan BSI merupakan buah kerja keras dari transformasi perusahaan yang berdampak besar pada aspek efisiensi. Ia menyebut merger yang dilakukan pada dua tahun lalu membuahkan hasil positif.
Baca Juga: Fee Based Income Meningkat, Laba Bank Muamalat Meroket 316%
Erick memaparkan, per kuartal IV 2022, total aset BSI tumbuh 15% menjadi Rp306 triliun. Pun dengan dana pihak ketiga (DPK) yang naik 12% (yoy) menjadi Rp261,49 triliun. Sementara pembiayaan BSI tumbuh 21% (yoy) menjadi Rp208 triliun.
Dari sisi kualitas aset, lanjut Erick, rasio pembiayaan bermasalah (nonperforming financing/NPF) Gross bergerak turun dari 2,93% menjadi 2,42% per Desember 2022. Seiring penurunan itu, NPF Net pun susut 0,87% menjadi 0,57%. Sedangkan pencadangan yang digambarkan NPF Coverage naik dari 148,87% menjadi 183,12%.
"Dengan capaian ini, BSI berhasil naik satu peringkat menjadi bank nomor enam terbesar di Indonesia," ucap Erick.
Ketua Umum Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) itu mengaku gembira dengan peningkatan kinerja dan pertumbuhan aset BSI tembus ratusan triliun. Melalui akses perbankan yang kuat, BSI diharapkan mampu menjadi seperti BRI dalam mendampingi dan meningkatkan skala usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Baca Juga: Aturan Baru, Pemerintah Wajibkan Koperasi Simpan Pinjam Terhubung ke PPATK
Erick menaruh harapan besar kepada BSI untuk menjadi wadah dan ekosistem bagi industri halal nasional. Ia menilai penguatan akses pembiayaan dapat berdampak luas pada kemajuan industri halal nasional.
"Dalam pengembangan ekonomi, financial gains itu paling penting. Market besar Indonesia sebagai negara dengan populasi umat Islam terbesar di dunia harus menjadikan kita sebagai pemain industri halal dunia, bukan hanya sekadar penonton bagi industri halal negara lain," lanjut Erick.
Erick meyakini pertumbuhan positif tak hanya memperkokoh BSI sebagai bank syariah terbesar di Indonesia. BUMN, lebih jauh, menargetkan BSI yang saat ini menempati peringkat 14 bank syariah dunia dapat masuk dalam 10 besar bank syariah terbesar dunia pada 2025.
"Dengan kerja keras, kolaborasi, dan konsistensi dalam mengembangkan industri halal, BSI dapat sejajar dengan bank-bank syariah besar lain di dunia," kata Erick.
Baca Juga: Program Baru Bank BJB, Ajak Teman Dapat Cuan
Direktur Utama BSI Hery Gunardi menyampaikan rasa syukurnya atas capaian impresif di tahun kedua, yang merupakan hasil kerja yang solid dan strategi respons yang tepat (strategic response) BSI di tengah berbagai tantangan ekonomi di sepanjang 2022.
Hery menambahkan, memasuki usia dua tahun, BSI telah menjadi market leader dalam industri keuangan syariah di Indonesia, baik dari sisi jaringan, customer based, dan kapital untuk dapat melayani umat dan nasabah.
Sebagai negara dengan populasi muslim terbesar di Indonesia, ucap Hery, BSI terus mengoptimalkan potensi pengembangan Islamic Ecosystem dalam negeri, mulai dari peningkatan literasi keuangan syariah, menyasar ekosistem Ziswaf, masjid, pendidikan, kesehatan dan industri manufaktur lainnya.
“Pencapaian ini membuktikan strategic response BSI yang tepat untuk meraih pertumbuhan bisnis yang sehat, penghimpunan dana masyarakat, menjaga sustainability pertumbuhan yang fokus pada aspek likuiditas terutama pertumbuhan dana murah, serta menjaga kualitas aset," kata Hery.