Home Kesehatan Pentingnya Literasi Pencegahan, Begini Bahayanya Jika TBC Tidak Segera Ditangani

Pentingnya Literasi Pencegahan, Begini Bahayanya Jika TBC Tidak Segera Ditangani

Banyumas, gatra.net- Sosialisasi literasi yang berisi pengetahuan serta pencegahan terhadap penyakit TBC (Tuberkulosis) saat ini masih terus digelar di sejumlah daerah, salah satunya di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Kegiatan literasi pencegahan TBC ini digelar oleh Direktorat Informasi dan Komunikasi Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Kementerian Komunikasi dan Informatika.

Dalam sosialisasi langsung tersebut, dihadirkan narasumber yang berkompeten di bidangnya, yakni dr Teguh Budi Santosa, SpP, dokter spesialis paru RSUD (Rumah Sakit Umum Daerah), Prof Dr Margono Soekarjo Purwokerto, Jawa Tengah. Warga Banyumas pun secara langsung menyimak pengetahuan tentang bahayanya penyakit TBC bagi kesehatan manusia.

Sosialisasi yang disampaikan dokter spesialis paru ini diharapkan dapat menambah referensi warga akan literasi kesehatan pencegahan TBC. Selain dapat memberikan pemahaman dan membangun kesadaran masyarakat akan bahaya TBC, sosialisasi literasi ini juga diharapkan dapat membuat masyarakat semakin paham tentang pencegahan terhadap penyakit menular yang disebabkan karena kuman Mycobacterium Tuberculosis tersebut.

Sebagaimana diketahui, penyakit yang menyerang tubuh, utamanya paru-paru ini masih menjadi masalah kesehatan terbesar di dunia setelah HIV. Data Global TB Report 2021 memperkirakan, ada 824.000 kasus TBC di Indonesia. Sayangnya, hanya sekitar 393.323 atau antara 48 hingga 52 persen yang ditemukan, diobati dan dilaporkan ke dalam sistem informasi nasional.

Dari 824.000 kasus TBC yang ditemukan di Indonesia tersebut, 93.000 di antaranya meninggal dunia. Hal ini setara dengan 11 orang meninggal setiap jamnya karena TBC.

Terkait dengan jumlah kasus tersebut, pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden (Perpres) No. 67 Tahun 2021 tentang Penanggulangan TBC yang menetapkan target eliminasi TBC pada 2030, yaitu penurunan angka kejadian (incidance rate) TBC menjadi 65 per 100 ribu penduduk. Tak hanya itu, pemerintah juga menetapkan target penurunan angka kematian akibat TBC menjadi 6 per 100 ribu penduduk di Indonesia.

Pada tahun 2022 penyakit TBC di Indonesia menempati peringkat ketiga di dunia, menyusul kemudian India dan Cina. "Saat ini seluruh Puskesmas di Indonesia telah melakukan penanganan TBC, namun tingkat kesadaran masyarakat dalam mengetahui dan memahami ciri, bahaya, serta pengobatan TBC belum sepenuhnya baik," kata dr Teguh dalam rilis media, Rabu (15/2).

Lanjutnya, TBC dapat disembuhkan jika dilakukan pengobatan dengan tepat dan cepat. Jika pengobatan salah, maka kuman-kuman TBC akan menjadi kebal terhadap pengobatan atau biasa disebut Tuberculosis Multi-drug Resistant (TB MDR) atau Tuberculosis Extensively-drug Resistand (TB XDR).

186