
Jakarta, gatra.net - Rangkaian pemeriksaan atas kasus tewasnya Brigadir Nopriyansyah Josua Hutabarat atau Brigadir J telah dibuka Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM). Komnas HAM sendiri merupakan bagian dari Tim Khusus yang dibentuk Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo untuk mengusut kasus penembakan yang terjadi di kediaman Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan (Propam) Polri nonaktif, Irjen Pol Ferdy Sambo ini.
Selama dua hari berturut-turut, 26-27 Juli 2022, Komnas HAM melakukan pemeriksaan. Hari pertama terhadap Bharada E, yang disebut polisi sebagai pihak yang melesatkan tembakan ke Brigadir J. Kedua, terhadap Direktorat Tindak Pidana Siber (Dittipidsiber) Bareskrim dan Digital Forensik Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor) Polri.
Berikut gatra.net himpun kedua pemeriksaan tersebut guna memperjelas kasus yang sudah berjalan lebih dari tiga pekan ini:
1. Pemeriksaan Bharada E
Pada pemeriksaan Selasa (26/7) lalu, Bharada E datang terpisah dari sejumlah ajudan Sambo yang turut diperiksa. Ajudan-ajudan itu datang pukul 09.50 WIB di kantor Komnas HAM. Sementara Bharada E datang pukul 13.25 WIB. Bharada E diperiksa selama lima jam, dan meninggalkan kantor Komnas HAM pada 18.24 WIB.
Komisioner bidang Pemantauan dan Penyelidikan Komnas HAM, Choirul Anam mengatakan, para ajudan Sambo, juga Bharada E, diperiksa dengan dua metode, yakni sendiri dan gabungan. Anam menyebut semuanya mendapat pertanyaan yang sama, yakni soal peranan dalam kejadian itu.
"Memang ada kekhususan masing-masing orang dalam struktur peristiwa yang menurut catatan kami punya kontribusi sendiri-sendiri, misalnya Bharada E kontribusinya apa dalam struktur peristiwa, kami tanya soal itu. Berbeda dengan ajudan lain yang memiliki kontribusi lain," kata Anam dalam konferensi pers Selasa malam.
Materi pemeriksaan terhadap Bharada E banyak membahas soal menembak. Namun, Anam enggan membeberkan lebih detil mengenai penembakan itu. Seluruh ajudan Sambo diperiksa secara terpisah di ruangan berbeda, termasuk Bharada E.
"Pertanyaan kami bersifat terbuka, penjelasan yang kami harapkan bersifat deskriptif. Tadi, makanya tadi panjang sekali proses permintaan keterangannya, karena jawabannya deskriptif," ungkap Anam. Ia menambahkan, pihaknya belum bisa memberi kesimpulan dari pertemuan itu.
2. Periksa 20 video di 27 titik perkara
Pemeriksaan selanjutnya pada Rabu (27/7). Anam mengatakan pihaknya memeriksa sebanyak 20 video yang berasal dari CCTV. Data CCTV itu diambil dari kamera tol, pribadi, dan lainnya. Namun, untuk sumber dari jalan tol itu, Anam mengatakan tak semua titik di kilometer ruas Magelang-Jakarta dipasang kamera.
VIdeo itu banyak memperlihatkan perjalanan dari Magelang sampai Duren Tiga, Jakarta Selatan. Selain itu, ada juga perjalanan hingga ke Rumah Sakit Kramat Jati.
"Paling penting dalam video di area Kramat, rombongan dari Magelang baru pulang dari Magelang dan di situ terlihat ada Ibu Putri, terus ada rombongan yang lain dan semuanya dalam kondisi hidup dan sehat, tidak kurang dari satu apa pun dari 20 (video itu)," kata Anam dalam konferensi pers di kantor Komnas HAM, Jakarta, Rabu (27/7) malam.
Anam mengonfirmasi memang ada momen yang menggambarkan perjalanan orang-orang di video itu dari tempat mereka melakukan PCR ke Tempat Kejadian Perkara (TKP). Namun, ia menolak untuk merincikan orang-orang hingga waktu kejadiannya.
Soal CCTV yang rusak atau hilang, Anam mengatakan itu hal yang berbeda. Bagian yang rusak tetap tidak bisa dipulihkan.
"Kalau yang dimaksud adalah CCTV seputaran itu, bukan di rumah Irjen Sambo, itu bagian yang kami lihat," kata Anam.
Anam memastikan bahwa pemeriksaan CCTV dilakukan secara ilmiah oleh pihak Puslabfor Polri. Proses ini memakan waktu sepekan, setelahnya Anam akan meminta keterangan.
3. Melakukan tes PCR
Rombongan ajudan dan istri Sambo terpantau di CCTV akan melakukan tes PCR. Mereka diketahui belum lama tiba dari Magelang, setelah menjenguk putra Sambo yang menempuh pendidikan di sana, pada Jumat, 8 Juli 2022.
"Terus habis itu yang keliatan memang masuklah rombongan-rombongan itu, terus barulah ke ruang PCR. Ini di rumah, di Duren 3 sana. Semua rombongan (terlihat) di-PCR, salah satunya adalah almarhum Josua," ungkap Anam.
Rumah itu berbeda dengan TKP penembakan. Namun, besar kemungkinan rumah dinas Sambo. Anam menerangkan, mereka yang melakukan PCR memang tak langsung menuju ke TKP.
"Saya bilangnya PCR untuk ibu, ini yang terlihat di salah satu video, ya. Untuk ibu, untuk Josua, Bharada E itu kelihatan dan beberapa penumpang lain," kata Anam.
Anam mengungkapkan, kedatangan Putri, istri Sambo, dan rombongan, sekira sore hari, mendekati waktu salat maghrib. Ia enggan untuk membeberkan waktu spesifikya karena itu bagian yang akan didalami.
"Jadi kami analisis dengan cells dump, kami analisis dengan keterangan yang juga kami dapet dari ADC kemarin, dari keterangan yang juga kami dapet sebelum-sebelumnya termasuk dengan keterangan yang kami dapat dari keluarga," ungkap Anam
4. Momen tertawa bersama
Ada momen satu rombongan itu sedang tertawa. Namun, momen itu dipertanyakan waktunya, apakah jauh atau dekat sebelum tragedi penembakan itu terjadi.
Anam mengungkapkan, Brigadir J juga sempat tertawa. Saat itu mereka diketahui berada di Duren Tiga, namun bukan di lokasi perkara, yang diduga rumah Sambo yang lain.
"Jadi Brigadir J ini ada dalam satu waktu yang memang berdasarkan keterangan-keterangan itu memang tertawa. Kalau ini dikonfirmasi, misalnya dalam rangka waktunya dengan CCTV yang tadi dilihat, ya, ini saling mengonfirmasi. Satu sampaui Duren Tiga, yaitu hidup," Anam menjelaskan.
5. Gerak-gerik mencurigakan atau video yang disunting
Banyak pihak yang meragukan keaslian video yang ditelisik Tim Khusus. Namun, Anam memastikan tidak ada proses sunting atau editan sebelumnya. Sebab keseluruhan video diperiksa tim secara scientific.
Anam menambahkan, kerangka video yang berbeda diatasi dengan kalibrasi waktu.
"Itu juga dijelaskan bagaimana mekanisme kalibrasinya. Barulah kita tonton videonya, tonton videonya bagaimana orang-orang atau mobil kan itu tidak hanya orang juga mobil yang dalam video itu. Dalam kondisi baik semuanya," Anam menjelaskan.
6. Pemeriksaan gawai
Anam menjelaskan, sejauh ini ada dua gawai atau handphone yang telah diperiksa. Saat ditanya kepemilikan benda tersebut, Anam urung mengatakannya. Menurutnya, ini sudah masuk ranah teknis yang dikerjakan oleh Puslabfor Polri.
"Jadi, karena ini kerjanya Labfor, pertanyaannya bukan siapa, tapi handphone-nya karakternya apa, IMEI-nya berapa. Kalau teman-teman tanya ini karakternya handphone-nya apa, ininya berapa, nanti, minggu depan," Anam menegaskan.
7. Cells dump dan call data record
Anam membeberkan metode cells dump dalam pemeriksaan. Cells dump antara lain untuk mengetahui posisi gawai dan pemilik, serta area mereka.
Anam mengatakan, metode ini cukup signifikan dalam pemeriksaan. Ini sekaligus untuk menyesuaikan alibi para saksi.
"Menentukan siapa saja yang ada di area itu walaupun ada banyak klaster penjelasan detailnya. Tapi cells dump secara sederhana untuk melihat handphone siapa saja yang ada di situ," ungkap Anam.
Selain cells dump, ada call data record (CDR). Metode ini merupakan penggunaan rekaman untuk jaringan telekomunikasi, seperti panggilan telepon, sms, maupun data service.
Anam menyebut, CDR sudah diambil dan sedang diselidiki secara internal. Ia mengatakan, data ini penting sekali sebagai pisau analisis kasus.
"Kan itu kan cell dump, CDR dan macam-macam itu satu pisau analisis. Pisau analisi lain adalah video dan itu sudah dijelaskan tadi apakah ada editing, (ternyata) enggak. Sudah ada kalibrasi waktu, sudah. Sehingga jelas ada waktu CCTV, ada waktu real time, karena sudah dikalibrasi. Nah, habis itu ya kita lihat itu isinya apa," ujar Anam.
8. Sorot empat titik dan perdalam jejaring komunikasi
Ada empat titik yang jadi sorotan Komnas HAM. Titik itu akan digali atau ditarik keterkaitannya guna mengetahui jejaring komunikasi yang dijalin.
"Jadi ada empat titik untuk melakukan salah satu tindakannya adalah menarik jaringan-jaringan komunikasi itu," kata Anam.
Titik itu diduga sekitar perjalanan Magelang-Duren Tiga, Seputaran Duren Tiga, dan perjalanan ke RS Kramat Jati. Namun, Anam masih akan menjawabnya setelah pemeriksaan pekan depan. Komunikasi di jalur itu akan dicek melalui cell dump.
"Makanya tadi itu yang kertas panjang itu, itu hasil cells dump-nya mereka. Apakah kami cuma dikasih itu? Tidak, kami juga dikasih raw materialnya. Jadi ditarik itu, banyak banget nomer handphone dan sebagainya di empat titik. Apa spesifik empat titiknya minggu depan kami akan jawab," kata Anam.
Hasil dari cells dump bukanlah transkripsi percakapan. Bukan percakapan manusia dengan manusia, melainkan komunikasi teknologi dengan teknologi.
"Jadi, kayak jaring laba-laba begitu. Siapa menghubungi siapa atau siapa terhubung dengan siapa, itu ada (tergambar)," ungkap Anam.
9. Masih butuh bukti tambahan dan pemeriksaan lanjutan
Tim Khusus enggan terburu-buru menyampaikan kesimpulan. Ini karena jalan untuk membuat terang peristiwa ini masih panjang. Sebab, secara kerja teknologinya dan mekanisme pengambilan keterangan terkait digital dan siber ini masih menyisakan pekerjaan rumah.
"Tinggal sekitar 20% lagilah yang memang kami butuhkan untuk memperkuat sisi-sisi terangnya peristiwa, tetapi kalau lihat dari segi video salah satu yang paling penting yang video dari Magelang sampai Duren Tiga itu, (kami selidiki) apa yang terjadi, berhentinya di mana pakaiannya apa dan sebagainya," kata Anam.
Anam dan Tim Khusus dijadwalkan akan bertemu Labfor pekan depan. Nantinya, tim juga akan menjelaskan soal CCTV yang rusak lengkap dengan penyebabnya. Anam menyebut Tim Khusus memberikan waktu jajaran Polri untuk menyelesaikan tugasnya terlebih dahulu.
"Karena masih ada satu proses, baik di Siber, di Labfor yang sekarang belum selesai. Kalau itu dipaksakan, misalnya tadi kami periksa, secara prosedur hukumnya nanti juga akan lemah," Anam menerangkan.
10. Di mana Irjen Sambo?
Bagian pamungkas ini akan menjelaskan posisi Sambo. Anam menegaskan bahwa jenderal bintang dua itu tidak ada di dalam video yang diperiksa.
"Pak Sambo di video yang lain, nanti pas pemeriksaan Pak Sambo itu pertanyaan disimpan waktu pemeriksaan Pak Sambo," kata Anam.
Soal pemeriksaan terhadap Sambo, Anam mengungkapkan hal itu bisa dilakukan apabila seluruh tahapan dan bahan yang dikumpulkan sudah selesai diselidiki. Misalnya, kata dia, dalam konteks komunikasi terekam komunikasinya. Atau melengkapi keterangan yang telah diberikan sebelumnya.
"Dalam CCTV terekam, nanti kayak apa prosesi CCTV-nya, baru itu semua kita ambil, baru kita akan panggil Irjen Sambo. CCTV kami sudah dapat, ya. Cuma, kami butuh pendalaman beberapa pihak, sehingga dari CCTV terus ada (bukti) komunikasi, nanti kelengkapan keterangan baru akan panggil Irjen Sambo," pungkasnya.