2.jpg)
Jakarta, gatra.net - Pembelajaran berdiferensiansi jadi kunci paradigma baru pendidikan. Pembelajaran tersebut nantinya akan menitikberatkan pada kesiapan, minat, dan profil belajar siswa baik dari segi konten maupun proses belajar.
Kepala Sekolah SMA Gabungan, Jayapura, Sandra Titihalawa, mengatakan pembelajaran berdiferensiasi menjadi penggairah aktifnya suasana belajar mengajar di kelas. Selama ini, proses belajar satu arah memang menjadi momok jalan di tempatnya kualitas pendidikan tanah air.
“Pendidikan berdiferensiasi diawali dengan guru mengajak siswa. Guru tidak hanya jadi fasilitator, sehingga siswa pun menjadi aktif,” kata Sandra kepada GATRA, Selasa (14/6).
Pendidikan berdiferensiasi pun yang menjadi ruh dari Sekolah Penggerak. Menurut Sandra, hal ini dikarenakan telah adanya intervensi berupa pendampingan dan pelatihan guru yang hadir kala sekolahnya berhasil menjadi bagian dari sekolah penggerak.
Ekosistem yang terbangun itu pula hadir karena terbentuknya pola praktisi, sebuah komunitas guru yang secara internal aktif membagikan pola pembelajaran yang merangsang siswa untuk aktif dalam kegiatan belajar mengajar.
“Dimotori oleh Guru Penggerak, Para guru kemudian saling memberdayakan satu sama lain. Guru saling belajar bagaimana membuat modul ajar agar siswa bisa mengeksplor minat dan keinginan belajar mereka,” tuturnya.
Perubahan yang dimulai dari guru ini yang diakui Sandra membuat antusiasme siswa untuk belajar makin tinggi. Jika sebelumnya, siswa hanya diam, dengar, dan pulang. Tapi melalui pembelajaran berdiferensiasi, ekosistem belajar yang aktif kemudian muncul di tiap kelas.
“Perubahan ini dimulai dari dalam diri guru. Saya pun senang ketika minat belajar guru tinggi. Karena ini penting agar pola pembelajar kita berporos pada minat dan keinginan siswa untuk datang sekolah,” bebernya.