
Karanganyar, gatra.net - Pelaku usaha budidaya belatung magot mengujicoba media hidup magot atau belatung lalat di popok bayi bekas. Keberhasilan uji coba ini diandalkan mengatasi membeludaknya sampah popok bayi di perkotaan.
Media hidup magot yang diujicoba warga Desa/Kecamatan Jumapolo Karanganyar, Jawa Tengah (Jateng), Angga Restu ini potensial berhasil. Dalam waktu empat jam, dua buah popok bayi tinggal menyisakan pembungkus dari bahan plastik dan serabut benang. Sedangkan gel di dalamnya habis dilahap belatung magot.
“Beranjak dari upaya mengurangi sampah popok bayi yang seringkali hanyut ke sungai hingga menyumbat saluran. Terutama menguranginya di daerah perkotaan. Maka, saya menguji cobanya menjadi media tumbuh magot. Dalam waktu empat jam sudah hampir terurai seluruhnya,” ujar pemuda ini kepada gatra.net saat pameran UKM pertanian di Balai Desa Kwangsan Kecamatan Jumapolo Karanganyar, Jateng, Kamis (2/6).
Aroma kurang sedap popok bayi bekas sudah banyak berkurang usai terurai. Sisa-sisanya dapat dipakai bahan pembuatan pupuk kompos. Penguraian dapat lebih cepat apabila bekas popok bayi dibakar.
Angga mengatakan, ia memiliki beberapa alternatif media budidaya magot. Belatung dapat hidup di kotoran kambing, kotoran sapi dan sisa sampah dapur mulai hari 5-17 usai menetas. Jenis belatung lalat ini dipanen pada hari ke-17-21.
Ia mengatakan magot merupakan organisme yang efektif menguraikan sampah organik. Ia pernah menjajal menguraikan 1 kilogram sampah organik dalam semalam dengan modal 10 ribu belatung. “Hanya menyisakan 200 gram kasgot (sampah terurai),” katanya.
Sementara itu, budidaya magot dinilai menjanjikan. Ia yang memulai usaha pada 2020 lalu, mengandalkan keuntungan penjualan untuk menopang kebutuhan hidup keluarganya.
Selain menjual secara langsung, ia juga mempromosikannya ke marketplace. Usahanya diawali keresahan tetangga yang terganggu limbah rumah makan miliknya.
“Saya itu punya warung makan. Limbah tulang belulang sampai ke tempat tetangga. Karena dikeluhkan, lalu mencari cara bagaimana bisa terurai. Awalnya melihat siaran budidaya magot di sebuah ponpes di Cilacap, kemudian mempraktikkannya. Malah jadi sumber penghasilan baru,” katanya.
Dalam sepekan, ia mampu menjual 30 kilogram magot kering. Per kemasan yang dijualnya berbobot 250 gram. Sedangkan dalam bentuk telur, dijual Rp5 ribu per gram. Lalu belatung segar Rp10 ribu per 300 gram.
“Saat ini jualan telur magot disetop dulu. Yang lagi kencang itu magot kering dan magot fresh. Penjualannya di Shopee. Mengirim paling jauh ke Malaysia,” katanya.
Ia sampai kewalahan melayani permintaan yang cukup tinggi. Sayangnya belum banyak pelaku usaha di Karanganyar memulai budidaya magot.
Magot diakrabi para peternak ikan hias, ayam dan burung berkicau. Belatung ini merupakan makanan bergizi untuk hewan eksotis tersebut.