
Jakarta, gatra.net– Di saat tren kasus Covid-19 di Indonesia menurun, penyakit baru Hepatitis Akut datang mengintai. Penyakit ini pertama kali ditemukan di Inggris Raya pada 5 April 2022 lalu.
Di Indonesia, menurut data kemenkes, 14 kasus ditemukan per 22 Mei 2022. Namun, penemuan kasus tersebut tidak membuat proses sekolah dengan sistem pertemuan tatap muka (PTM) 100 persen dihentikan.
Keputusan itu diambil setelah adanya koordinasi antara Kemendikbud Ristek RI dan Kementerian Kesehatan RI.
Direktur Utama Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) Dr. Cipto Mangunkusumo, Lies Dina Liastuti mengatakan, sebagai rumah sakit rujukan nasional, pihaknya telah menerima satu kasus hepatitis akut yang belum diketahui tepat sehari sebelum lebaran tahun ini.
"Sebagai rumah sakit rujukan nasional, kami adalah rumah sakit pertama yang menerima rujukan kasus ini sehari sebelum lebaran. Kasusnya waktu itu datang
dari Jakarta Timur, dua anak kecil," kata Lies dalam diskusi daring yang digelar Forum Merdeka Barat 9 bertajuk "Hepatitis Akut Dicegah, Sekolah PTM Aman" pada Senin (23/5).
Menurut Lies, kasus itu merupakan pertama yang ditangani rumah sakit RSCM. Pihaknya lantas berkoordinasi dan melaporkan kasus tersebut kepada Kemenkes setelah mengetahui hasil lab pasien yang dirujuk.
"Itu pertama kali kita menerima rujukan, sehingga kita melaporkan kepada kemenkes bahwa ada kasus terduga hepatitis akut yang penyebabnya belum diketahui. Kami kaget dengan temuan laboratorium yang mengarah pada
kerusakan hati yang berat sekali," ungkapnya.
Lies menjelaskan, hepatitis akut bukanlah penyakit baru. Bahkan pemerintah mencanangkan program imunisasi. Namun Lies mengungkapkan, kasus hepatitis akut yang ditemukan ini menyebabkan kerusakan pada hati yang cukup parah dengan gejalanya yang cepat.
"Bahwasannya hepatitis akut sudah banyak sekali sebelumnya, makanya ada imunisasi. Tapi yang ini sangat berat, cepat dan kerusakannya pada hati sangat
parah," bebernya.

Lebih lanjut, Lies mengatakan diperlukan pengawasan dan edukasi orangtua terhadap anak akan bahaya penyakit ini. Sebab, penyakit yang penyebabnya belum diketahui ini menyasar anak-anak.
"Kita tidak ingin gagal untuk kembali ke sekolah, karena sudah lama tidak bersekolah dalam situasi normal, kita sangat ingin itu terjadi, kita ingin sampaikan hati-hati tapi tidak panik karena begitu kena kerusakan cepat sekali," papar Lies.
Ia mengatakan bahwa gejalanya hampir mirip dengan berbagai penyakit lain. Adapun gejala tersebut antara lain lemas, hilangnya nafsu makan hingga diare.
Lies mengatakan jika gejala tadi muncul, mesti hati-hati.
"Kalau sudah seperti itu hati-hati. cepat diperiksa ke dokter dicek lab. Tapi tidak semua harus begitu, karena ada yang penyakit lain, ada gejala yang sama" jelasnya.
Lies menambahkan, saat ini masyarakat dunia, khususnya Indonesia memang belum keluar dari situasi pandemi Covid-19. Sementara di sisi lain, penularan hepatitis akut misterius juga masih belum bisa dipastikan.
"Jadi yang terpenting pencegahan sama seperti prokes Covid-19, dan juga jangan memberikan makanan yang tidak jelas pada anak. Dengan mengawasi itu, kita bisa yakin apa yang diberikan aman. Itu Insya Allah bisa meminimalkan
risiko lebih percaya diri dan cara agar tidak mudah terpapar," tutupnya.