Home Internasional Pemberontak Pro Rusia Evakuasi Penduduk dari Ukraina Timur, Siap Perang?

Pemberontak Pro Rusia Evakuasi Penduduk dari Ukraina Timur, Siap Perang?

 

Kiev, gatra.net - Separatis yang didukung Rusia memadati bus mengangkut warga sipil dari daerah-daerah yang memisahkan diri di Ukraina timur pada hari Jumat (18/2). Kejadian itu menurut Barat akan digunakan Moskow sebagai pembenaran untuk melakukan invasi habis-habisan terhadap tetangganya, Ukraina.

Dikutip Reuters, Jumat (18/2), sirene peringatan meraung di Donetsk dan wilayah yang memproklamirkan diri lainnya, Luhansk, yang mengumumkan evakuasi ke Rusia bersama wanita, anak-anak, dan orang tua yang menjadi prioritas penyelamatan.

Beberapa jam kemudian, sebuah jip UAZ Rusia meledak di luar gedung pemerintah pemberontak di kota Donetsk, ibu kota wilayah dengan nama yang sama. Wartawan Reuters melihat kendaraan itu dikelilingi pecahan peluru. Sebuah roda terlempar akibat ledakan.

Sebagian besar dari beberapa juta warga sipil di dua daerah yang dikuasai pemberontak di Ukraina timur berdialog dengan bahasa Rusia. Banyak diantara mereka sudah diberikan kewarganegaraan oleh Moskow.

Beberapa jam setelah pengumuman mengejutkan (bakal terjadi perang), keluarga berkumpul di titik evakuasi di Donetsk untuk segera naik bus ke Rusia. Seorang wanita menangis memeluk anak-anaknya yang masih remaja.

Evakuasi terjadi setelah zona konflik Ukraina timur yang memanas, oleh beberapa sumber digambarkan sebagai lokasi pemboman artileri paling intens selama bertahun-tahun pada hari Jumat.

Pemerintah Ukraina dan para separatis selama ini saling menyalahkan.

Negara-negara Barat mengatakan penembakan itu (dilakukan sparatis pro Rusia), dimulai pada hari Kamis dan meningkat pada hari kedua, dan itu bagian dari dalih yang dibuat pemerintah Presiden Rusia Vladimir Putin, untuk membenarkan invasi ke Ukraina.

Sebuah sumber diplomatik --pengalaman langsung konflik selama bertahun-tahun-- menggambarkan penembakan hari Jumat di Ukraina timur itu sebagai yang paling intens, sejak pertempuran besar berakhir dengan gencatan senjata tahun 2015 lalu.

"Mereka menembak - semua orang dan segalanya," kata sumber itu.

Berlangsungnya evakuasi justru menambah tekanan lebih lanjut pada mata uang rubel Rusia dan aset lainnya. Investor melihat bakal terjadi perang.

Barat mengancam sanksi ekonomi yang lebih ketat terhadap Rusia jika menyerang Ukraina. Putin, yang negaranya telah dikenai sanksi sejak 2014, mengatakan pada konferensi pers di Moskow bahwa negara-negara Barat mungkin akan menemukan alasan untuk memaksakan lebih banyak apa pun yang dilakukan Rusia.

Rusia sebelumnya melarang Ukraina bergabung dengan aliansi militer AS-Eropa NATO, yang menurut Barat itu justru merupakan hak kedaulatan negara mana pun untuk bergabung. 

Pada hari Kamis, Rusia mengirim surat dengan kata-kata keras ke Washington yang mengancam "langkah-langkah teknis-militer" akan segera dilaksanakan.

Rusia saat ini memamerkan armada militernya di beberapa sektor.  Putin juga secara pribadi mengawasi latihan pasukan rudal berhulu ledak nuklir pada hari Sabtu, kendati dikatakan bahwa latihan tersebut tidak perlu dikhawatirkan.

Kremlin juga memamerkan puluhan ribu tentara dengan menggelar latihan di Belarusia, utara Ukraina. Latihan akan berakhir pada hari Minggu dan Moskow mengatakan pasukan akan kembali ke Rusia di beberapa titik setelahnya.

Pemimpin Belarusia yang didukung Rusia, Alexander Lukashenko, bertemu dengan Putin pada hari Jumat. Ia menyarankan sebelumnya bahwa para prajurit dapat tetap tinggal. 

"Angkatan bersenjata akan tinggal selama diperlukan," katanya seperti dikutip oleh kantor berita negara, BelTa.

Putin memerintahkan menteri daruratnya ke wilayah Rostov dekat perbatasan Ukraina, untuk mulai menampung pengungsi dari wilayah separatis.

219