
Purworejo, gatra.net- Proyek Bendungan Bener tengah berlangsung di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Material waduk tertinggi di Indonesia itu adalah batu andesit yang akan ditambang di Desa Wadas dan mendapat penolakan dari warga setempat.
Pejabat Pembuat Komitmen Bendungan I Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Serayu Opak, Muhammad Yushar Yahya Alfarobi menjelaskan, andesit dari Wadas, yang berjarak 10 kilometer dari lokasi waduk, dinilai paling cocok dan efisien.
"Dari studi di tiga lokasi, memang lokasi satu-satunya andesit yang paling memenuhi kriteria dari Wadas. Dari jarak, spesifikasi batuan, dan volumenya, andesit Wadas yang paling masuk,” kata Yushar, Selasa (15/2).
Ia mengakui batuan andesit melimpah di Jateng. Namun dari hitung-hitungan, andesit dari Wadas yang paling dekat dan sanggup memenuhi kebutuhan. “Kalau (tambang) Wadas enggak selesai, Bendungan Bener enggak selesai,” katanya.
Yushar memaparkan, andesit dibutuhkan untuk timbunan utama atau tubuh bendungan. Kebutuhannya 8,5 juta meter kubik, sedangkan kandungan andesit di Wadas 40 juta meter kubik.
Di Wadas, 114 hektare lahan akan dibebaskan untuk tambang sesuai penetapan lokasi oleh Gubernur Jateng. “Hanya 60 hektare yang digali. Sisanya 40 hektar untuk sabuk hijau atau daerah penyangga. Tanah Wadas tidak dikeruk semua," katanya.
Setelah proyek selesai, bekas galian di Wadas akan dilakukan reklamasi. "Tanahnya akan dikembalikan. Bisa jadi penghijauan atau objek wisata," ujar Yushar.
Menurutnya, bendungan tertinggi kedua di Asia Tenggara dengan tinggi 150 meter ini bertipe bendungan urugan batu yang dilapisi membran beton seperti halnya Waduk Cirata.
Waduk Bener digarap dalam empat paket proyek mulai 2018. Paket pertama pembangunan terowongan pengelak, paket kedua galian bangunan pelimpah, dan paket 3-4 untuk pembangunan fondasi tubuh bangunan.
“Target penyelesaiannya akhir tahun 2023. Kami sekarang lakukan percepatan untuk mengerjakan area terowongan pengelak. Ini titik kritis dan kunci untuk tubuh bangunan,” katanya.
Ia menyatakan manfaat waduk ini untuk suplai air baku hingga 1500 liter per detik, irigasi di area 15 ribu hektar, sebagai pengendali banjir di Purworejo. “Pastinya juga akan berkembang untuk objek wisata,” katanya.
Masalah penolakan warga Wadas dinilai belum jadi kendala lantaran belum memasuki tahap pemasangan material tersebut. "Kendala saat ini musim. Kalau mendung masih bisa dikerjakan. Tapi kalau hujan deras, kita berhenti,” tuturnya.