
Yogyakarta, gatra.net – Pelaku usaha sektor swasta mengharapkan peran lebih besar dari insan pers dalam mempromosikan keunggulan Daerah Istimewa Yogyakarta. Citra yang baik lewat media dinilai mampu mendatangkan wisatawan dan pelajar untuk menghidupkan kembali perekonomian di tengah pandemi.
Harapan ini menjadi benang merah dari media gathering bertema ‘Sinergi Pers dan Sektor Swasta’ pada Rabu (9/2/2022) di Royal Ambarrukmo Hotel. Acara ini diselenggarakan untuk memperingati Hari Pers Nasional 2022 yang salah satu temanya adalah ‘Membangun Kedaulatan Nasional di Tengah Gelombang Transformasi Bisnis yang Berkualitas’.
Hadir sebagai narasumber General Manager Royal Ambarrukmo Hotel Herman Courbois, Kepala Cabang JNE Yogyakarta Adi Subagyo, License Manager Alfamart Jateng-DIY Dadang Miharja, Wakil Sekretaris Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Yogyakarta Nugroho Nurcahyo, dan Wakil Ketua Bidang Organisasi PWI DIY Sobirin.
“Sebagai sebuah perusahaan yang tidak sembarangan dalam menyiarkan informasi dan berita, peran pers penting sebagai perpanjangan banyak pihak agar bisa diterima oleh masyarakat, termasuk kami,” kata Dadang Miharja.
Di tengah era disrupsi informasi, kehadiran pers saat ini menurutnya harus mampu menjadi penyeimbang dan mencari kebenaran untuk melawan berita-berita bohong yang marak.
Herman Courbois dan Adi Subagyo memberikan pandangan yang sama terkait peran pers dalam mendukung pemulihan ekonomi.
Pemberitaan yang positif, tidak menebar ketakutan, menyampaikan hal-hal yang menenangkan masyarakat, mengangkat budaya dan wisata, serta pemberitaan seimbang menjadi cara peran serta insan media dalam pemulihan ekonomi.
“Memberitakan berbagai potensi wisata di Yogyakarta. Mengabarkan Yogyakarta aman dan tidak ada masalah. Tentunya sangat berpengaruh pada kehidupan masyarakat dan ujung-ujungnya adalah kembali mendatangkan wisatawan,” kata Herman.
Selain menghidupan sektor perhotelan, kedatangan wisatawan ke Yogyakarta akan menghidupkan sektor kuliner untuk dijadikan oleh-oleh yang akan dikirim melalui jasa ekspedisi ke daerah lain.
Sobirin mengakui, bahwa selama pandemi media massa, khususnya media cetak, mengalami penurunan oplah dan iklan. Kondisi ini sempat membuat awak media nglokro. Namun daya kreativitas untuk bertahan malah semakin membesar.
“Media tidak lagi mengandalkan iklan konvensional sebagai pendapatan utama. Namun bagaimana tetap menjadikan berita sebagai anak panah utama sembari mencari upaya kerjasama lain dengan sektor swasta agar bisa tetap eksis," katanya.
PWI menurutnya terus memberi dorongan kepada wartawan agar melakukan pembenahan dari kualitas konten yang disajikan agar mendapatkan kembali kepercayaan pembaca.
Nugroho dari AMSI mengakui di awal-awal pandemi sempat tersebar isu bawa koran dianggap sebagai penyebar virus Covid-19. Akibatnya saat itu oplah terjun bebas baik dari penjualan eceran maupun pelanggan.
“Ini menyebabkan media mainstream kehilangan kepercayaan dan ini menjadi perhatian bersama. Terlebih media online begitu pesat pertumbuhannya,” katanya.
Nugroho yang juga Redpel Harian Jogja ini melihat, dengan pertumbuhan ekonomi DIY sebesar 5,5 persen di 2022, pihaknya optimis perekonomian DIY akan kembali pulih dan media berperan besar mewujudkan hal itu.