

.jpg)
Jakarta, gatra.net – Indonesia mendapatkan sejumlah manfaat ketika terpilih jadi tuan rumah penyelenggaraan konferensi tingkat tinggi (KTT) G20. Sebagai Presidensi G20, kredibilitas dan diplomasi Indonesia di dunia internasional dapat semakin meningkat.
Hal tersebut disampaikan Staf Khusus (Stafsus) untuk Penguatan Program-Program Prioritas, Kementerian Luar Negeri (Kemlu), Dian Triansyah Djani, dalam webinar pada Rabu (5/1).
“Selama masa Presidensi, Indonesia berperan menentukan agenda-agenda prioritas. Kita bisa mengatur arah pembahasan, tentunya untuk kepentingan Indonesia, negara-negara berkembang, dan kepentingan rakyat banyak,” ungkapnya.
Trian menuturkan, kehadiran ribuan delegasi forum G20 ke Indonesia dapat meningkatkan perekonomian nasional. Selain itu, juga bisa memberikan efek berganda (multiplier effect) terhadap usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
“Kita akan mengadakan pertemuan G20 di sekitar 15 kota di seluruh Indonesia. Kita bisa memberi kesempatan pada berbagai daerah untuk ikut mendorong agenda-agenda G20, sekaligus kembali menghidupkan ekonomi di wilayah tersebut,” imbuhnya.
Menurut Trian, Indonesia juga dapat menunjukkan bahwa negara ini aman, sehat, serta terbuka bagi peluang bisnis. Hal itu bisa mendorong masuknya investasi, kemitraan global, dan menggerakkan roda perekonomian.
Diketahui, Presidensi G20 Indonesia berlangsung sejak 1 Desember 2021 sampai 30 November 2022. Mengusung tema ‘Recover Together, Recover Stronger’, Indonesia ingin mengampanyekan semangat bersatu bangkit keluar dari pandemi.
Ada lima pilar pendukung untuk membantu mewujudkan tujuan tersebut. Hal itu antara lain mendorong produktivitas, peningkatan ketangguhan dan kestabilan, menjamin pembangunan berkelanjutan dan inklusif, serta penempaan kepemimpinan global yang lebih kuat.
Sebelumnya, Kemlu menyebut ada tiga manfaat ekonomi yang diperoleh Indonesia saat memegang Presidensi G20. Pertama, terbukanya peluang peningkatan konsumsi domestik hingga Rp1,7 triliun.
Kedua, produk domestik bruto (PDB) Indonesia diperkirakan bertambah sekitar Rp7,47 triliun. Ketiga, Indonesia berpeluang melibatkan tenaga kerja sekitar 33 ribu pekerja di berbagai sektor industri di masa mendatang.