
Beijing, gatra.net – Perusahaan mobil listrik Tesla mendapat kritik dari aktivis Amerika Serikat (AS) setelah membuka showroom di Xinjiang, China. Hal ini berkaitan dengan adanya isu kemanusiaan terhadap kelompok minoritas Muslim Uighur di wilayah Xinjiang.
Pada malam tahun baru 2022, Tesla mengumumkan pembukaan showroom di Urumqi, Ibu Kota Xinjiang. Selang dua hari, Dewan Hubungan Amerika-Islam mendesak Tesla dan bosnya, Elon Musk, agar menutup showroom itu dan ‘menghentikan dukungan ekonomi untuk genosida’.
“Tidak ada perusahaan AS yang boleh melakukan bisnis di wilayah kampanye genosida yang menargetkan minoritas agama dan etnis,” kata Direktur Komunikasi Dewan Hubungan Amerika-Islam, Ibrahim Hooper, dalam sebuah pernyataan, dilansir AP News, Selasa (4/1).
Sementara, China merupakan salah satu pasar terbesar Tesla. Perusahaan ini bahkan mendirikan pabrik pertamanya (luar Amerika Serikat) di Shanghai pada tahun 2019.
Merek mobil asing lainnya termasuk Volkswagen (VW), General Motors, dan Nissan Motor Co. memiliki showroom di Xinjiang yang dikelola oleh mitra usaha patungan China. Adapun VW juga mengoperasikan pabrik di Urumqi.
Aktivis dan pemerintah asing menyebut sekitar 1 juta orang Uighur dan anggota minoritas Muslim lainnya telah dikurung di kamp-kamp penahanan di Xinjiang. Pejabat China menolak tuduhan pelanggaran, dan mengklaim kamp itu untuk pelatihan kerja dan memerangi ekstremisme.
Diketahui, tekanan pada perusahaan asing untuk mengambil sikap terhadap isu politik maupun kemanusiaan di Xinjiang, Tibet, Taiwan, telah meningkat.
Partai Komunis yang berkuasa mendorong perusahaan-perusahaan agar mengadopsi sikap dalam iklan dan situs web partai. Mereka juga menyerang merek-merek yang mengungkapkan keprihatinan ihwal laporan kerja paksa dan pelanggaran lainnya di Xinjiang.
Menanggapi isu kemanusiaan di Xinjiang, Amerika Serikat telah melarang impor barang dari Xinjiang. Kecuali, jika barang tersebut dapat dibuktikan tidak dibuat dengan kerja paksa.
Pada Jumat, petugas disiplin dari partai yang berkuasa mengancam boikot kepada Walmart Inc., setelah beberapa pembeli mengeluh secara online bahwa mereka tidak dapat menemukan barang dari Xinjiang di toko Walmart dan Sam's Club di China.
Di bulan Desember, Intel Corp., pembuat chip komputer terbesar di dunia, memohon maaf karena meminta pemasok untuk menghindari sumber barang dari Xinjiang. Hal ini Intel lakukan usai pers negara menyerang perusahaan dan komentar online menyerukan boikot barang-barangnya.