
Jakarta, gatra.net – Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat, indeks harga saham gabungan (IHSG) telah kembali ke level sebelum pandemi dalam beberapa pekan terakhir. Data BEI per 21 Oktober 2021 menunjukkan IHSG ditutup dengan angka 6643,74.
Kepala Divisi Riset dan Pengembangan BEI, Verdi Ikhwan, mengatakan bahwa angka itu naik 11,2% dibandingkan penutupan akhir tahun 2020. Angka tersebut juga hampir mencapai level tertinggi sepanjang masa (all time high) yang terjadi pada Februari 2018 lalu sebesar 6.689.
“Menurut saya, ini sinyal yang sangat bagus bahwa kondisi sudah menunjukkan pembalikan dibandingkan dengan kondisi sebelum pandemi. Optimisme ini didorong oleh pemulihan ekonomi dan capaian vaksinasi Covid-19,” ungkap Verdi dalam diskusi daring, Jumat (29/10).
Pandemi Covid-19 mengakibatkan IHSG sempat mengalami penurunan signifikan. Bahkan, IHSG pernah tiarap di level 3.937,63 pada Maret 2020. Angka itu turun sejumlah -37,4% dibandingkan penutupan di akhir tahun 2019, yaitu 6.284,58. Namun, indeks tercatat terus bangkit perlahan.
Verdi menambahkan, rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) pada tahun ini mencapai Rp13,5 triliun. Nilai tersebut meningkat signifikan dibandingkan RNTH tahun 2020 yang berada di kisaran Rp9,21 triliun per hari, serta tahun 2019 yang sekitar Rp9,1 triliun per hari.
Menurut Verdi, volume transaksi saham tahun ini juga meningkat signifikan. Tercatat, rata-rata sekitar 19,9 miliar lembar saham diperdagangkan setiap hari. Jumlah itu lebih tinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, yakni 2020 sebanyak 11,4 miliar lembar, 2019 14,5 miliar lembar, dan 2018 10,6 miliar lembar.
“Selain itu, rata-rata frekuensi transaksi harian hampir 1,3 juta kali per 22 Oktober 2021. Itu menjadi frekuensi transaksi paling tinggi di ASEAN. Angka ini meningkat hampir dua kali lipat dibanding tahun 2020 yang masih sekitar 677 ribu kali per hari,” imbuhnya.
Kemudian, kapitalisasi pasar juga mencapai rekor tertinggi. Pada 18 Oktober 2021, untuk pertama kalinya kapitalisasi pasar modal Indonesia menembus lebih dari Rp8.169 triliun. Hal itu disebabkan oleh peningkatan indeks dan banyaknya emiten baru yang melakukan penawaran saham perdana (IPO).