
Jakarta, gatra.net- Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Azyumardi Azra, menyarakan sosok-sosok yang potensial untuk menjadi Calon Presiden (Capres) dari Partai Golkar harus mampu menawarkan gagasan yang menarik bagi masyarakat, khusunya para pemilih muda.
Menurut Azyumardi, Golkar harus bisa membawa isu yang dekat dengan pemilih muda. Seperti diketahui, dalam data BPS tahun 2020, saat ini pemilih muda atau pemilih pertama mendominasi angka pemilih hingga diatas 50 persen. Golkar, harus bisa meraih pemilih muda dan secara umum membawa isu yang menyangkut hajat hidup orang banyak, disamping tentunya tidak melupakan isu bangkit dari keterpurukan ekonomi.
"Kepada potensi pemilih muda misalnya, itu pasti akan tertarik dengan mengangkat isu dari bagaimana menghadapi masa depan mereka. Bagaimana pendidikan lebih baik, perguruan tinggi sekarang makin mahal. Isu-isu seperti itu menurut saya bisa diangkat," kata Ayzumardi dalam Seminar Daring Dua Daswarsa Kemenangan Golkar, Sabtu (16/10)
Selain itu, Ayzumardi pun mendorong agar Golkar dapat menodorng igur-figur dari Golkar yang bersih. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi Partai Beringin tersebut, mengingat belakangan sosok-sosok penting Golkar mulai dari Wakil Ketua DPR, Azis Syamsuddin hingga Mantan Gubernur Sumsel, Alex Noerdin, hingga Bupati Musi Banyuasin, Dodi Reza Alex harus digelandang oleh KPK.
"Itu kan berat di mata masyarakat. Jadi saya kira Golkar harus mampu mengonsolidasikan pejabat di tingkat pusat dan daerah supaya jangan terlibat kasus-kasus seperti itu. Tampiklan Golkar sebagai partai yang bersih dan menegakkan Good Governance dan bersih dari KKN," jelasnya.
Belum lagi, tantangan Golkar pun hadir tak kala Partai yang menyempal dan punya jejak historis dengan Golkar seperti Gerindra dan Nasdem saat ini pun tren peningkatan usaranya makin besar. Meski begitu, Ayzumardi memandang ada satu hal yang bisa dimajukan Golkar yakni pengelolaan partai yang Modern.
"Dibanding partai-partai lain, Golkar keanggotaan dan kepemimpinannya lebih merit, bukan dinastik dan oligarkis seperti banyak parpol lainnya," tandasnya.