
Jakarta, gatra.net – Sampah bukanlah kotoran yang menjijikan dan menuai berbagai persoalan, tetapi bisa menjadikan alam subur hingga menghasilkan cuan jika mampu mengelolanya secara tepat.
Demikian kira-kira kesimpulan dari diskusi dalam peresmian Bank Sampah Sehati yang merupakan bagian dari program Otsuka Ecovillage yang dihelat secara hybrid pada Rabu (13/10).
Presiden Komisaris PT Amerta Indah Otsuka, Roy Sparingga, menyampaikan, sampah dan berbagai dampaknya merupakan persoalan global. Pada tahun 2020, angka sampah di Indonesia ditaskir mencapai 67,8 juta ton per tahun.
“Nantinya akan terus bertambah luar biasa, bagaimana sulitnya mengolah TPA [Tempat Pembuangan Akhir], dan sebagian besar, 37% dari sampah rumah tangga," ungkapnya.
Atas dasar itu, lanjut Roy, pihaknya bersama masyarakat Kampung Benteng, Desa Kutajaya, Cirurug, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat (Jabar), serta pihak pemerintah setempat berupaya ambil bagian untuk mengatasi persoalan sampah.
Hasilnya, terbentuklah paguyuban Sejahtera, Sehat, dan Abadi atau Sehati. Paguyuban ini merupakan cikal bakal terbentuknya bank sampah yang dikelola oleh warga sekitar untuk mewujudkan Otsuka Ecovillage.
Roy menjelaskan, pihaknya kemudian memberikan pelatihan atau edukasi dari pihak profesioal mengenai cara mengelola sampah. Selain itu, melakukan pendampingan hingga membuatkan infrastruktur bank sampah Sehati.
“Membut falistas pengelolaan sampah diaur ulang, nanti dipilah-pilah dan dan seterusnya. Kita lakukan secara profesional. Ini diharapkan menjadi model,” ungkapnya.
Salah satu eduksi yang diberikan, yakni biopori untuk mengelola sampah organik untuk menghasilkan kompos untuk memupuk tanaman atau menjadikan tanah menjadi lebih subur. Pihaknya telah mencanangkan gerakan seribu lubang biopori. Setiap 1 lubang biopori akan diberikan 1 tanaman produktif, misalnya pohon buah-buahan.
Menurutnya, setelah berdirinya bank sampah?, warga sekitar memberikan perhatian besar sehingga mereka memilah sampah.
“Ternyata tidak hanya masyarakat di sini, masyarakat sekitarnya juga berbondong-bondong, saya dengar laporannya. Saya tadi melihat di situ harganya juga bagus ya, tapi saya lihat satu kilo boleh juga itu harganya,” kata dia.
Ketua RT 07 Kampung Benteng, Desa Kutajaya, Martinudin, menyampaikan, kerja sama warga dengan pihak Otsuka berjalan baik. Pihaknya akan merekrut warga di RT lainnya untuk terlibat dalam program ini.
“Mudah-mudahan ke depannya bisa satu kelurahan, satu desa bisa kita tampung di sini pengelolaannya,” kata dia.
Direktur PT Amerta Indah Otsuka, Sudarmadi Widodo, menyampaikan, pihaknya akan terus mendampingi pengurus Bank Sampah Sehati ini hingga bisa mandiri. “Pokoknya kita akan dampingi sampai sukses,” tandasnya.
Menurut Widodo, pihaknya juga akan terus memberikan pelatihan dalam mengolah sampah. Salah satunya mendaur ulang sampah menjadi kerajinan tangan. Salah satu alternatif lain yang menjadi opsi selanjutnya yakni maggot.
“Opsi berikutnya untuk sirkulasi ekonominya. Karena nanti harus mandiri sehingga harus menghasilkan nilai uang yang nanti bisa digulirkan,” ungkapnya.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Sukabumi, Tana Indra Permana, menyampaikan, sampah merupakan uang karena dapat menghasilkan uang alias cuan. Sampah terbagai jenis, di antaranya organik dan anorganik.
Ia berharap Bank Sampah Sehati yang diresmikan ini bisa seperti yang ada di Caringin, yakni pengelolaan sampah organiknya bisa menghasilkan maggot untuk pakan ikan.
“Sampah organik juga bisa dijadikan kompos dan maggot menghasilkan uang. Kalau di Caringin itu, dalam satu minggu [pekan] itu 600 kg minimal, harga Rp7.000, 1 bulan bisa sampai Rp5 juta lebih. Itu salah satu yang menghasilkan dari sampah,” katanya.
Selain itu, DLH Sukabumi mengharapkan berdirinya Bank Sampah Sehati ini bisa mengurangi sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Berdasarkan data DLH Kota Sukabumi, produksi sampah pada mengalami peningkatan pada saat pandemi Covid-19 dan penerapan PPKM Level 4. Saat ini, terjadi peningkatan 1,4 ton per harinya dibandingkan sebelumnya.
Adapun Camat Cicurug, Ading Ismail, menyampaikan, perlu keterlibatan semua pihak, di antaranya pemerintah, dunia usaha hingga masyarakat. “Ini sangat kita butuhkan, semua perusahaan yang punya kepedulian itu karena pembangunan tidak bisa hanya dilakukan oleh pemerintah,” ucapnya.
Pemerhati lingkungan dan Puteri Indonesia 2010, Nadine Alexandra, menyampaikan, persoalan sampah merupakan isu lama namun penanganannya masih belum maksimal. Karena itu, ia turut menyuarakan agar semua pihak aktif menanggulangi sampah.
“Satu orang mengubah kebiasaan saja akan sangat berarti, bayangkan kalau satu perusahaan seperti yang dilakukan oleh Otsuka dengan Otsuka Ecovillage ini,” katanya.