Home Hukum Polda Jateng: Polisi ke Wadas untuk Patroli, Jangan Dijadikan Kambing Hitam

Polda Jateng: Polisi ke Wadas untuk Patroli, Jangan Dijadikan Kambing Hitam

Yogyakarta, gatra.net - Sejumlah personel kepolisian disebut mendatangi Desa Wadas, Purworejo, Jawa Tengah, sejak 20 September. Desa tersebut menjadi lokasi penambangan batu andesit untuk proyek pembangunan Bendungan Bener.

Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Jawa Tengah, Kombes Pol M Iqbal Alqudusy, menjelaskan bahwa kedatangan polisi di Wadas tersebut untuk patroli dan membagikan masker.

"Melaksanakan patroli. Patroli adalah tugas Polri dalam rangka harkamtibmas (pemeliharaan keamanan ketertiban masyarakat)," ujarnya.

Menurut Iqbal, masyarakat yang mendukung penambangan justru mendapat intimidasi dan ancaman dari suatu kelompok. Polri pun memiliki bukti adanya intimidasi dan ancaman dari pihak di luar wilayah setempat.

"Kenapa harus terintimidasi dengan kehadiran patroli Polri kalau tidak merasa salah. Polri jangan dijadikan kambing hitam hanya karena melindungi masyarakat yang terancam jiwanya karena mendukung pembangunan Bendungan Wadas," tutur Iqbal, Jumat (24/9).

Sebelumnya, saat jumpa pers di kantor Walhi Yogyakarta, Kamis (23/9), sejumlah warga Wadas mengaku trauma dengan kedatangan polisi bersenjata lengkapke Wadas.

"Tiga hari ini aparat, dengan motif apapun, datang. Motif bagi-bagi masker ini lucu, karena membawa senjata lengkap," ujar warga Wadas, Azim Muhammad.

Menurut dia, kedatangan polisi membuat warga resah karena pada Ramadan lalu terjadi tindak kekerasan saat warga menolak rencana penambangan di Wadas. "Warga hampir lupa, tapi patroli ini menimbulkan luka kembali," ujarnya.

Azim menyatakan, kendati warga menolak dan tengah ada upaya hukum, tetap ada upaya untuk coba bebaskan tanah guna penambangan andesit.

"Pemerintah tidak mengindahkan suara warga, mendengar aspirasi warga yang konsisten menolak tambang. Apalagi sekarang aparat datang untuk cek ombak, (penolakan) masih memanas atau tidak," tuturnya.

Arafah, warga Wadas lainnya, kedatangan polisi membuat perempuan trauma dan anak-anak histeris.

"Perempuan menjadi korban pemukulan (saat demo penolakan tambang). Mereka trauma. Waktu polisi datang mereka trauma lagi. Jadi ini semacam teror," tuturnya.

Menurut dia, alasan pembagian masker tak masuk akal karena program itu tak ditemukan di desa lain. Apalagi polisi membawa senjata lengkap.

"Di Wadas juga tidak ada koruptor atau teroris, kenapa ke sana," katanya.

Peneliti Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Yogyakarta, Dhanil Algifari, menyatakan kedatangan polisi ke Wadas merupakan bentuk teror ke warga dan terindikasi melanggar hak asasi manusia.

"Ini membuat warga tidak nyaman. Negara harusnya menciptakan kondisi aman dan nyaman bagi warga negara tapi warga malah tidak aman dengan hadirnya polisi," tuturnya.

Menurut dia, LBH Yogyakarta telah bertemu dengan Komnas HAM untuk melaporkan kejadian ini. Mereka juga berencana mendatangi Polres Purworejo untuk memberi peringatan.

"Polisi keluar masuk Wadas seakan-akan mengajak perang membawa senjata lengkap," kata dia.

Apalagi saat ini proyek penambangan di Wadas tengah menjalani proses hukum. Setelah gugatan di PTUN Jateng ditolak, penggugat mengajukan kasasi untuk menentang penambangan di Wadas.

1165