Home Ekonomi Nizam: Ketergantungan Kita kepada Impor Masih Sangat Tinggi

Nizam: Ketergantungan Kita kepada Impor Masih Sangat Tinggi

Jakarta, gatra.net - Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi Kementerian Pendidikan, Budaya, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) Nizam mengatakan ketergantungan Indonesia terhadap impor masih sangat tinggi.

"Kita 90% basisnya lisensi asing, bahan baku industri kita impor, obat-obatan dan alat kesehatan [alkes] konon 95% impor. Bahan pangan pun kita masih banyak impor," ungkapnya, via Zoom pada webinar bertajuk "Made in Indonesia: Kebangkitan Riset dan Inovasi dalam Pengembangan Industri Alkes dalam Negeri", yang disiarkan langsung melalui kanal YouTube CokroTV pada Jumat, (3/9).

Nizam juga mengatakan Human Development Index (HDI) atau Indeks Pembangunan Manusia di negeri ini pun masih di bawah rata-rata dunia, angkanya 0,718. Sedangkan angka rata-rata global ialah 0,737.

Hal itu, ujarnya, menjadikan Indonesia peringkat ke-107 dari 189 negara dan masih tergolong rendah. Serta Index Daya Saing negara ini juga masih tertatih-tatih yaitu di angka 64,629, yang menduduki peringkat 40 dari 140 negara.

Oleh sebab itu, Nizam mengatakan ini menjadi peran besar bagi perguruan tinggi dan mereka menyiapkan dua hal yang sangat diperlukan guna membangun kemajuan bangsa ke depan. Yaitu Sumber Daya Manusia (SDM) dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). 

"Dalam menyiapkan SDM unggul, saat ini kita mendorong, bahwa kita ini punya banyak sekali perguruan tinggi, 8,5 juta mahasiswa yang siap menjadi sarjana," ucapnya.

Nizam menyebut di dalam menyiapkan SDM unggul ini, Indonesia dihadapkan pada kondisi dunia yang berubah dengan sangat cepat. Di mana dunia yang berubah sangat cepat tersebut di dalam revolusi industri 4.0 ini, dapat mengancam dunia kerja.

Ia menuturkan terdapat 23 juta pekerjaan yang telah hilang, tetapi potensi lahirnya pekerjaan baru 2 kali lipat dari yang hilang itu. Yakni senilai 27-46 juta pekerjaan baru dan 10 juta di antaranya belum pernah ada.

"Tetapi ini membutuhkan skill baru yang mungkin belum kita siapkan pada para mahasiswa, sehingga ini mendorong kita untuk mengembangkan program Kampus Merdeka sebagai upaya untuk menyiapkan SDM yang lebih agile, yang lebih adaptif, yang lebih kreatif dan lebih siap menghadapi perubahan dinamika perubahan di dunia kerja," terang Nizam.

287