Home Internasional Pengamat: Afghanistan Negara Kaya SDA, jadi Rebutan Banyak Pihak

Pengamat: Afghanistan Negara Kaya SDA, jadi Rebutan Banyak Pihak

Jakarta, gatra.net – Beberapa hari lalu, kanal berita CNN International menurunkan berita bertajuk “The Taliban are sitting on $1 trillion worth of minerals the world desperately needs”. Berita tersebut bernada menyayangkan sumber daya alam (SDA) Afghanistan yang harus berada di bawah kekuasaan pemerintahan Taliban.

Cina pun dituding akan memanfaatkan kesempatan ini karena mereka menyatakan tetap akan merawat hubungan baik dengan Taliban.

Tak lama kemudian berita tersebut mendapat respons sinis dan ejekan dari warganet. Warganet global justru menduga bahwa dengan naiknya Taliban ke takhta kekuasaan di Afghanistan, Amerika Serikat akan kehilangan kesempatan untuk mengeksploitasi sumber daya alam yang terdiri dari biji besi, tembaga, emas, hingga lithium itu.

“Sekarang kita tahu mengapa [selama ini] Amerika sangat tertarik dengan Afghanistan,” ujar seorang warganet dalam bahasa Inggris dalam unggahan akun Instagram @cnn lima hari lalu.

Terlepas dari itu, melansir berita CNN tersebut, Afghanistan memang kaya akan sumber daya alam. Dosen Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran (Unpad), Dr. Dina Yulianti Sulaeman, mengatakan bahwa Afghanistan berpotensi menjadi rebutan banyak pihak.

“Dalam setiap konflik, selalu ada aktor eksternal dan setiap negara akan berusaha meraih kepentingan nasional masing-masing. Ini teori dasar di studi Hubungan Internasional. Tentu saja China atau Rusia dll akan mencari yang terbaik untuk negara mereka sendiri [untuk kepentingan mereka sendiri]. Misalnya China, ketika melihat peluang ekonomi, apalagi ada rare earth di Afghanistan yang nilainya triliunan USD, pasti akan berupaya mengejar itu,” ujar Dina kepada gatra.net pada Selasa (24/8).

Tak lama setelah Taliban menduduki kursi kekuasaan, Cina segera menyatakan bahwa mereka bersedia mempererat hubungan persahabatan dan kerja sama dengan Afghanistan, seperti dilansir oleh kantor berita AFP.

Dengan situasi seperti demikian, ada sebagian pihak yang mendapat kesan bahwa Afghanistan sebetulnya hanyalah medan perang antara dua negara adidaya, Cina dan Amerika, terutama dalam hal memperebutkan sumber daya alam yang melimpah tersebut.

Namun, Dina menilai bahwa interpretasi ke arah itu terlalu berlebihan. “Terlalu simplifikasi kalau menyebut ini sekedar perang AS vs China. Bahwa kemudian China mau masuk memanfaatkan situasi, ya biasa saja. Afghanistan negara yang sangat kaya sumber daya alam, akan jadi rebutan banyak pihak,” ujar Dina.

560