Home Kesehatan Mengenal Sosok Srikandi Vaksinasi Covid-19 di Banjarnegara

Mengenal Sosok Srikandi Vaksinasi Covid-19 di Banjarnegara

Banyumas, gatra.net – Epik Perang Baratayudha ada sesosok tokoh pewayangan perempuan nan cantik, tegas, trengginas. Dengan senjata pusakanya, hrusangkali yang mampu menembus dada Resi Bisma. Anak panahnya menembus sekujur tubuh sang Resi, dan menyebabkannya terlentang tanpa menyentuh tanah. Ia adalah Srikandi.

Srikandi menjadi salah satu kunci Pandawa memenangkan perang Baratayuda. Setelah 9 hari Bisma memimpin pasukan Kurawa, pasukan Pandawa hancur lebur. Banyak prajurit gugur, para punggawa tidak nyenyak tidur, nyali melanjutkan perang pun mendadak hancur.

Nama Srikandi kerap disematkan pada sosok pejuang wanita yang mahsyur. Lebih spesifik biasanya fenomenal karena kompetensinya sehingga berprestasi. Barangkali, dr Hening Widiawati layak disebut sebagai salah satu Srikandi saat pandemi Covid-19 di Banjarnegara, Jawa Tengah. Ia berjibaku membantu membentengi serangan Covid terhadap masyarakat Banjarnegara. Ia menjadi salah satu dokter yang terjun langsung di tengah masyarakat maupun bersama kepolisian di Banjarnegara memberikan vaksin sejak awal Juni lalu.

Lulusan Universitas Sultan Agung Semarang ini, tercatat sudah menangani 33.000 dosis vaksin di kota dawet ini. Dan ia sebagai penanggung jawab program vaksin untuk Polres Banjarnegara.

Dokter yang juga praktik di RS Islam Banjarnegara komplit dalam program vaksin, selain sebagai penanggung jawab, ia juga tak segan bertugas di bagian skrining penerima vaksin, observasi, injeksi, hingga penanganan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI).

"Nah khusus KIPI ini sehari bisa melayani ratusan keluhan melalui whatsapp, HP saya nyaris tak pernah mati," kata dokter cantik, yang dikenal ramah bagi sejawat dan pasien ini, Kamis (19/8).

Ibu dua anak dari Afriana Nurahimah Igha Puspita dan M Sultan Reza Aditya Nurahman ini, terbiasa disiplin saat bekerja. Tak jarang ia harus berangkat pagi benar dan tepat waktu saat bertugas. Karena ia tidak ingin ada komplain dari rekan kerja, maupun masyarakat penerima vaksin. Bahkan saat pulang pun ia rela yang terakhir, memastikan semua berjalan lancar dan sesuai prosedur.

Dengan seabrek kegiatan saat vaksinasi ini, sempat drop kesehatannya, terlalu terfosir. Hingga alami perawatan di rumah sakit, namun panggilan jiwanya untuk membantu sesama layaknya perang di Padang Kurukhsetra, membuatnya segera pulih dan terjun kembali ke tengah masyarakat.

"Sebagian aktivitas skrining dilakukan dengan duduk, jadi pinggang sempat sakit dan susah beraktivitas. Sempat masuk perawatan, tapi tugas menanti, membuat saya cepat sehat untuk terus memberi pelayanan," kenang dokter di Perusahaan Indonesia Power ini.

Pengalaman menjadikan guru terbaik baginya. Berbagai penerima vaksin ia temui. Banyak sekali yang phobia dan takut dengan jarum sehingga menolak untuk vaksinasi. Dengan telaten, memberi edukasi singkat namun mengena membuat yang phobia jarum tak lagi merasa takut bahkan tak merasa disuntik olehnya.

"Banyak sekali yang phobia jarum, saya lakukan pendekatan, tanpa pemaksaan, edukasi betapa pentingnya vaksinasi, bahkan belum selesai edukasi ternyata sudah selesai saya suntik. Eh orang malah bilang, udah disuntik dokter, begitu. Banyak juga yang bilang, kalau ga disuntik dokter Hening ga mau vaksin," sebut dokter yang tinggal di Kutayasa, Kecamatan Madukara ini.

Hening berharap apa yang dilakukan di masa pandemi ini layaknya Srikandi yang mampu menuntaskan peperangan dengan Covid-19. Semua kembali pada kehidupan normal, aman dan damai tak terlalu banyak raungan sirine ambulans, berganti gema kemenangan serta doa syukur yang melangit warga Banjarnegara.

Purwanto, salah seorang penerima vaksin asal Banjarnegara bercerita, sangat takut dengan jarum suntik. Bahkan saat melihat jarum sudah gemetar dan keluar keringat dingin. Pada vaksin pertamanya Purwanto sampai melafazkan ayat suci Alquran surat Al Mulk, begitu takutnya dan meminta perlindungan.

"Saya mau kalau disuntik sama dokter Hening, vaksin pertama saya takut sekali, tapi dipegang dokter Hening saya bisa atasi rasa takut, sampai vaksin kedua pun sama dokter," kata Purwanto.


 

1873