
Kabul, gatra.net - Taliban menyatakan perang di Afghanistan telah berakhir setelah gerilyawan menguasai istana presiden di Kabul ketika pasukan pimpinan AS pergi dan negara-negara Barat bergegas mengevakuasi warganya pada Senin (16/8).
Reuters melaporkan, Senin (16/8), Presiden Ashraf Ghani melarikan diri dari negara itu pada hari Minggu, ketika gerilyawan Islam memasuki kota. Presiden mengatakan dia ingin menghindari pertumpahan darah, sementara ratusan warga Afghanistan putus asa dan meninggalkan bandara Kabul.
"Hari ini adalah hari besar bagi rakyat Afghanistan dan mujahidin. Mereka telah menyaksikan buah dari upaya dan pengorbanan mereka selama 20 tahun," kata juru bicara kantor politik Taliban, Mohammad Naeem mengatakan kepada Al Jazeera TV.
"Terima kasih kepada Tuhan, perang di negara ini telah berakhir," katanya.
Naeem mengatakan jenis dan bentuk rezim baru di Afghanistan akan segera dijelaskan. Ia menambahkan bahwa Taliban tidak ingin hidup dalam isolasi dan menyerukan hubungan internasional yang damai.
"Kami telah mencapai apa yang kami cari, yaitu kebebasan negara kami dan kemerdekaan rakyat kami," katanya.
"Kami tidak akan mengizinkan siapa pun menggunakan tanah kami untuk menargetkan siapa pun, dan kami tidak ingin menyakiti orang lain," tambahnya.
Di Washington, penentang keputusan Presiden Joe Biden untuk mengakhiri perang terpanjang Amerika, yang diluncurkan setelah serangan 11 September, menyebut bahwa “kekacauan itu” disebabkan oleh kegagalan kepemimpinan.
Para diplomat Amerika diterbangkan dengan helikopter ke bandara dari kedutaan mereka di distrik Wazir Akbar Khan, yang dikawal pasukan Afghanistan. Mereka dilatih selama bertahun-tahun dan diperlengkapi oleh Amerika Serikat dan lainnya dengan biaya miliaran dolar.
Seorang juru bicara Departemen Luar Negeri AS mengatakan pada Senin pagi bahwa hampir semua personel kedutaan, termasuk Duta Besar Ross Wilson, berada di bandara dan bendera Amerika telah diturunkan dan dipindahkan dari kompleks kedutaan.
Di bandara Kabul, ratusan warga Afghanistan menunggu penerbangan, untuk evakuasi.
Sebuah sumber di bandara mengatakan terjadi kekacauan di antara orang-orang yang ingin mendapatkan tempat agar bisa berangkat pergi meninggalkan Afghanistan.
Televisi lokal 1TV melaporkan bahwa beberapa ledakan terdengar di ibu kota setelah gelap, tetapi kota itu sebagian besar masih sunyi pada siang di hari Minggu.
Kelompok bantuan Darurat mengatakan 80 orang yang terluka telah dibawa ke rumah sakitnya di Kabul. RS hanya menerima orang-orang dengan cedera berat.
Dalam sebuah posting Facebook, Ghani mengatakan dia telah meninggalkan negara itu untuk menghindari bentrokan dengan Taliban, yang akan membahayakan jutaan penduduk Kabul.
Dia menolak mengatakan keberadaannya dan tidak jelas ke mana dia menuju atau bagaimana tepatnya kekuasaan akan dialihkan setelah serangan kilat Taliban di Afghanistan.
Banyak warga Afghanistan kembali khawatir Taliban akan kembali ke praktik di masa lalu dalam penerapan syariah, atau hukum agama Islam. Selama pemerintahan mereka tahun 1996 hingga 2001, perempuan tidak dapat bekerja dan hukuman seperti rajam, cambuk, dan gantung akan diterapkan.
Para militan menampilkan wajah yang lebih moderat, berjanji untuk menghormati hak-hak perempuan dan melindungi baik orang asing maupun warga Afghanistan.
"Kami siap untuk berdialog dengan semua tokoh Afghanistan dan akan menjamin mereka perlindungan yang diperlukan," kata Naeem kepada Al Jazeera Mubasher TV.
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres mendesak Taliban dan semua pihak lain untuk menahan diri sepenuhnya, dan menyatakan keprihatinan khusus tentang masa depan perempuan dan anak perempuan di Afghanistan.
Pentagon mengizinkan 1.000 tentara lainnya untuk membantu mengevakuasi warga AS dan warga Afghanistan yang bekerja untuk mereka.
Seorang pejabat senior pertahanan AS mengatakan kepada Reuters pada Minggu malam di Washington bahwa sekitar 500 orang, kebanyakan orang Amerika, sejauh ini telah dievakuasi, dan jumlah itu akan meningkat menjadi 5.000 per hari ketika semua pasukan AS yang berada di Kabul mulai perlahan ditarik.
Negara-negara Eropa, termasuk Prancis, Jerman dan Belanda, juga mengatakan mereka bekerja untuk mengevakuasi warga negara serta beberapa karyawan Afghanistan ke luar negeri.
Rusia mengatakan tidak perlu mengevakuasi kedutaannya untuk saat ini. Turki mengatakan kedutaannya akan melanjutkan operasi.