
Solo, gatra.net – Pemakaman raja Pura Mangkunegaran, KGPAA Mangkunegara IX, dihadiri oleh ratusan pelayat yang mengenakan baju adat Jawa berwarna hitam. Para pelayat mengikuti prosesi pemakaman dalam suasana haru dan khidmat di kompleks Pura Mangkunegaran, Minggu (15/8).
Permaisuri KGPAA Mangkunegara IX, Gusti Kanjeng Putri Mangkunegara IX, dan empat putra-putrinya terlihat mendampingi jenazah. Duka tergambar di raut muka keluarga keraton Pura Mangkunegaran ini.
Empat anak KGPAA Mangkunegara IX tersebut yakni GPH Paundrakarna Jiwa Suryanegara, GRAy Putri Agung Suniwati, GRAj Ancillasura Marina Sudjiwo, dan GPH Bhre Cakrahutomo Wira Sudjiwo.
Prosesi pemakaman KGPAA Mangkunegara IX diawali dengan pambiwara atau pembukaan dari abdi dalem, dilanjutkan atur pambagyaharja atau sambutan dari pihak keluarga dan dari Wakil Wali Kota Solo sebagai perwakilan Pemerintah Kota Solo. Pada prosesi ini diserahkan akta kematian dari Pemkot Solo pada pihak keluarga.
Sebelum diberangkatkan, permaisuri dan keempat anak KGPAA Mangkunegara IX melakukan prosesi adat brobosan. Ritual melewati bawah jenazah saat diangkat ini sebagai bentuk penghormatan terakhir pada mendiang KGPAA Mangkunegara IX.
Pada pukul 10.20 WIB, jenazah KGPAA Mangkunegara IX diberangkatkan dari Dalem Ageng menuju Astana Girilayu Matesih, Karanganyar, diiringi Gendhing Ketawang.
Dalam seluruh prosesi ini, empat iringan gamelan dilantunkan oleh abdi dalem, yakni Gendhing Ketawang, Gendhing Menyan Kobar, Gendhing Kaler Megeng, serta Gendhing Renyep.
”Totalnya ada empat gending yang dilantunkan untuk mengiringi prosesi ini,” ujar staf humas Pura Mangkunegaran, Joko Pramudyo.
Beberapa tokoh hadir untuk melayat dan memberi penghormatan terakhir. Mulai dari anggota DPR RI Aria Bima hingga mantan Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo. Pada hari sebelumnya hadir Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka dan anggota DPR RI Eva Yuliana.
Mantan Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo memiliki kesan mendalam pada mendiang bernama kecil Gusti Jiwo tersebut. Menurut Rudy, almarhum sosok yang sangat perhatian pada tradisi dan budaya.
”Beliau biarpun sebagai raja dengan masyarakat tetap memperhatikan. Hubungan dengan masyarakat juga baik,” katanya.
Rudy berkata, dirinya dan KGPAA Mangkunegara IX sempat kompak menata Mangkunegaran dan mempertahankan situs itu sebagai destinasi wisata budaya.
”Kalau pertemuan terakhir ya setelah saya selesai menjabat kemarin. Beberapa waktu lalu juga beliau telepon, tapi belum sempat tersambung dengan saya. Selama ini untuk penataan Mangkunegaran, baik yang di luar dan dalam, beliau selalu mengikuti yang diharapkan pemerintah. Beliau juga sangat perhatian dengan budaya Jawa,” katanya.
KGPAA Mangkunegara IX dimakamkan di kompleks pemakaman Astana Girilayu, Matesih, Karanganyar. Sang raja dimakamkan bersama para penguasa Mangkunegaran pendahulunya.