
Jakarta, gatra.net – Politikus Partai Amanat Nasional (PAN), Eddy Soeparno, menyebutkan bahwa jangan lagi ada politik identitas di Pemilu 2024. Politik identitas, menurut Eddy, marak dan terasa di Pemilu 2019 lalu.
“Lukanya dalam,” ujar Eddy dalam webinar bertajuk “Membaca Dinamika Partai & Solidaritas Koalisi Menuju 2024” yang diadakan PARA Syndicate pada Jumat (28/5).
Elit politik, ujar Eddy, perlu waktu yang tidak lama untuk kembali bersatu atau bergabung pasca-Pemilu. Adapun yang memerlukan waktu lama untuk bersatu kembali, adalah masyarakat.
Eddy menyebutkan bahwa di Pemilu 2024, politik yang harus dimunculkan adalah politik gagasan. Ini adalah politik yang berfokus kepada gagasan partai yang hadir dalam kontestasi, bukan dilihat dari latar belakangnya.
Sebelumnya, politik identitas semakin menguat dalam pemilu 2019. Isu ini menjadi nilai jual yang menarik untuk mendulang suara. Pandangan tersebut disampaikan sejumlah panelis dalam diskusi publik "Prediksi Dinamika Pemilu Serentak 2019 dalam Perspektif Sosial, Politik, dan Keamanan", di Upnormal Roaster Coffee, Selasa (9/4/2019).
"Ada kecenderangan pemilu kali ini menggunakan strategi kampanye untuk memobilisasi isu-isu identitas" kata peneliti LSI, Denny JA Adjie Alfaraby. Pengalaman Pilkada DKI Jakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Barat menjadi role model bagi Pemilu 2019.
Adjie menambahkan, penggunaan isu identitas dipengaruhi konteks global ketika Trump mengalahkan Hillary pada pemilu Amerika Serikat dan Bolsonaro yang memenangi pemilu Brazil.
"Identitas sifatnya laten bagi pemilih. Apabila diangkat akan sangat berpengaruh bagi pemilih," ujar Adjie.
Menurutnya, hal tersebut sangat berbahaya bagi perkembangan demokrasi ke depannya. Ia menambahkan, hanya kurang dari 30% pemilih yang memilih berdasarkan identitas.