
Yogyakarta, gatra.net – Aktivitas ibadah selama bulan Ramadan turut memicu munculnya kasus bahkan klaster penularan Covid-19 di Daerah Istimewa Yogyakarta. Sedikitnya 116 kasus ditemukan dan kemungkinan bertambah karena pelacakan belum tuntas.
Sejumlah kasus Covid-19 ditemukan di Dusun Candi, Desa Srihardono, Kecamatan Pundong, Kabupaten Bantul. Temuan ini seusai seorang jemaah masjid dinyatakan positif Covid-19 hingga harus dirawat di rumah sakit pada medio April.
Setelah ditelusuri, sejumlah keluarga, tetangga, dan Jemaah di masjid dusun itu juga positif. Hingga kini, total 29 orang positif Covid-19 di lokasi tersebut. “Di Pundong menjadi 29 orang (positif) semuanya,” kata Juru Bicara Satgas Covid-19 Bantul, Sri Wahyu Joko Santosa, Rabu (12/5), kepada gatra.net.
Sebelum klaster tersebut, penularan karena aktivitas ibadah juga terjadi di Desa Murtigading, Kecamatan Sanden, Bantul. Awal mula klaster ini karena seorang jemaah beribadah di masjid kendati menunjukkan gejala mengarah ke Covid-19.
Setelah periksa dan dinyatakan positif, warga tersebut meninggal pada 27 April. Setelah ditelusuri, hingga sepekan silam, total ada 26 kasus positif. Setelah itu, 25 orang menjadi sasaran tracing.
“Hasilnya negatif. Saat ini tracing sudah habis,” kata Oki, sapaan Sri Wahyu. Dari dua klaster kegiatan ibadah ini, Bantul mencatatkan 55 kasus.
Dari Kabupaten Kulonprogo, kemarin, diumumkan klaster Covid-19 muncul dari tiga dusun di dua desa di Kecamatan Kokap. Klaster ini diketahui setelah dua lansia wafat dan dua warga dirawat rumah sakit karena Covid-19.
Selama 1-5 Mei, petugas pun melacak ke 90 orang. Hasilnya, 32 orang positif Covid-19 dan 8 orang positif dari tes antigen. Klaster itu diduga menyebar dari kegiatan di sejumlah musala. Hingga kini, sejumlah sampel tes belum keluar hasilnya dan pelacakan masih berlanjut.
Klaster Covid-19 juga ditemukan di kampung padat penduduk Wirobrajan, Kota Yogyakarta. Hingga Selasa malam, total ada 29 kasus. “Sejak kasus pertama muncul sudah dilakukan tracing tes antigen dan PCR, total ada 80 tes tracing,” kata Wakil Wali Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi.
Klaster ini ditemukan setelah seorang lansia positif Covid-19 meninggal pada akhir April. Keluarga dan warga di sekitarnya rupanya kerap beraktivitas tanpa patuh protokol kesehatan, seperti pijat, kerokan dan buka bersama.
Penelusuran awal menunjukkan 10 orang positif Covid-19. Kemarin, dari 20 tes PCR, hasilnya 19 positif dan hanya 1 negatif. Alhasil totalnya 29 kasus. “Sepuluh dirawat di rumah sakit, selebihnya kemungkinan masuk shelter,” kata Heroe.
Dengan kondisi tersebut, RT lokasi klaster tersebut di-lockdown dan menjadi satu-satunya zona merah di Kota Yogyakarta. “Dalam salat Id besok tidak boleh dilakukan jemaah, tetapi dilakukan di rumah masing-masing,” kata dia.
Langkah serupa juga ditempuh Bantul. Warga di dua RT dengan zonasi merah, termasuk satu RT di Desa Srihardono, dan enam RT berzona oranye diminta menggelar salat Id di rumah. “Yang (di zona) oranye dan merah tidak boleh salat Id di masjid atau lapangan,” ujar Oki.
Temuan empat klaster selama Ramadan tersebut menyumbang sedikitnya 116 kasus di DIY. Jumlah ini kemungkinan bertambah mengingat pemeriksaan hasil tes dan penelusuran di Kulonprogo dan Kota Yogyakarta belum rampung.
Masa libur Lebaran ini pun menjadi momen yang patut diwaspadai untuk penambahan kasus Covid-19 mengingat Pemda DIY tak menutup objek wisata, banyak lokasi tetap menggelar salat Id secara massal, dan sejumlah pemudik luar DIY berhasil masuk.
Hingga kemarin, DIY mendapati 41.358 kasus positif Covid-19. Dari jumlah ini, 37.465 orang sembuh, 2.860 orang jadi kasus aktif, dan 1033 orang meninggal.