
Jakarta, gatra.net- Dalam sebuah focus group discussion (FGD) daring mengenai sejarah pandemi di Indonesia, (25/3), pustakawan Perpustakaan Nasional RI, Syahrul, mengungkapkan bahwa kerusakan habitat menjadi salah satu penyebab utama sebuah wabah menyebar dengan cepat dari alam liar. Terutama dari hewan ke manusia. Fenomena ini dikenal juga sebagai zoonosis.
Zoonosis adalah penyakit yang ditularkan oleh hewan kepada manusia. Covid-19 yang masih melanda dunia global hingga saat ini pun tergolong sebagai zoonosis karena diduga berasal dari hewan kelelawar. “Kerusakan lingkungan memainkan peran yang signifikan dalam mempercepat interaksi antara virus dengan manusia,” jelas Syahrul dalam presentasinya.
Dalam situasi lingkungan yang rusak, bagaimana cara virus-virus itu menyerang tubuh manusia? Epidemiolog Christine Kreuder Johnson punya jawabannya.
Dalam wawancaranya bersama The Verge, ia pun menyatakan bahwa membagi tempat tinggal bersama hewan liar adalah penyebab utamanya. “Banyak dari virus-virus ini ditularkan lewat sentuhan (manusia) dengan feses atau urin (hewan liar),” ungkapnya.
Ia pun mengingatkan kalau perilaku manusia itu sendiri punya andil besar dalam krisis kesehatan semacam ini. “Ketika margasatwa diburu atau ketika habitat mereka dihancurkan dan mereka harus pergi mencari tempat lain, kepindahan merekalah yang sebenarnya meningkatkan dinamika penyakit dan kemungkinan epidemi pada populasi hewan maupun manusia,” terangnya.
Selain di alam liar, Johnson menjelaskan bahwa penularan zoonosis juga bisa terjadi dalam latar pasar. “Di situasi pasar, Anda punya spesies alam liar berbeda, seperti kelelawar, hewan-hewan karnivora dan hewan-hewan berkuku (ungulata). Hewan-hewan ini hidup bersama dan bisa saling menularkan virus,” katanya.
“Kecenderungan virus untuk melompat dari satu spesies ke spesies lain sepatutnya adalah situasi yang jarang terjadi,” tambahnya. Namun, perilaku manusia memungkinkan hal ini terjadi.
“Hewan-hewan itu saling membuang tetesan (droplet) atau terdapat kontaminasi feses dan urin. Di lokasi yang berdekatan dengan jumlah hewan yang banyak itu, kita menciptakan kesempatan bagi virus untuk bermutasi.”
“Dalam situasi tersebut, terdapat manusia dalam jumlah banyak juga. Jadi, dalam kondisi epidemologis seperti inilah virus melompat dari satu inang ke inang yang lain dan mencari jalan keluar,” pungkas Johnson.