Home Ekonomi Industri Pulp dan Kertas Indonesia Berdaya Saing Kuat

Industri Pulp dan Kertas Indonesia Berdaya Saing Kuat

Jakarta, Gatra.com- Plt. Direktur Industri Hasil Hutan dan Perkebunan Kementerian Perindustrian, Edy Sutopo mengatakan, industri Pulp dan kertas Indonesia memiliki daya saing yang kuat. Saat ini Industri Pulp menempati peringkat delapan dunia dan industri kertas peringkat enam dunia.

"Dengan iklim tropis, produksi kayu tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan hutan di negara pesaing yang beriklim sub tropis. Indonesia memiliki keunggulan komparatif dalam hal produktivitas bahan baku,” ungkap Edy dalam webinar Katadata dengan tema ‘Mewujudkan Industri Pulp dan Kertas yang Berkelanjutan’ pada Kamis, (18/2).

Keunggulan daya saing ini dikarenakan salah satunya Indonesia memiliki potensi bahan baku Pulp dan Kertas yang cukup besar dari Hutan Tanaman Industri (HTI). Dalam bidang luas area dan potensi produksi hasil hutan, Indonesia memiliki potensi hutan No tiga terbesar di dunia, yakni setelah Brasil dan Zaire.

Edy menambahkan, perkembangan permintaan global akan produk industri pulp dan kertas, baik di dalam negeri maupun ekspor masih menjanjikan Antara lain produk kertas tissue, kertas kemasan dsb.

Dengan tren transaksi e-commerce yang semakin meningkat mendorong kebutuhan kertas untuk kemasan kertas dan karton akan tumbuh. “Selain potensi dari kebutuhan kertas, industri pulp juga saat ini sudah berkembang untuk produk hilir lainnya yaitu produk dissolving pulp sebagai bahan baku rayon untuk industri TPT (Tekstil dan Produk Tekstil),” jelasnya.

Edy mengatakan industri pulp dan kertas memiliki keinginan untuk menerapkan proses produksi yang berkelanjutan. Ia menegaskan bahwa seluruh industri berkomitmen untuk pelestarian lingkungan.

“Kita sudah komit dengan hal tersebut, saya kira semua industri komit dengan isu lingkungan ini karena memang kalau kita lihat secara hukum, industri di Indonesia dikembangkan dengan prinsip green consumerism,” ucap Edy.

Plt. Direktur Industri Hasil Hutan dan Perkebunan Kementerian Perindustrian, Edy Sutopo (kanan) (Dok Katadata)

Sebagai informasi, Green consumers adalah para konsumen yang lebih memilih produk tidak membahayakan kesehatan dan merusak lingkungan. Sehingga produk ramah lingkungan mulai lebih banyak dipilih oleh konsumen.

Adapun pulp dan kertas menjadi salah satu industri skala besar yang menggunakan lahan luas, bahan baku kayu, serta jam produksi pabrik yang tiada henti. Tentu saja hal itu menimbulkan berbagai persoalan terkait lingkungan, kebakaran hutan dan lahan.

Salah satu wilayah yang menjadi penyuplai industri pulp kertas adalah Pulau Kalimantan yang menjadi hutan terluas di Indonesia.Tantangannya adalah bagaimana melakukan bisnis yang tepat agar kondisi hutan tetap terjaga.

Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Utara, Syarifuddin, menjelaskan terdapat berbagai usaha untuk menjaga kelestarian hutan. Menurutnya Kalimantan Utara menjadi wilayah yang sangat kecil terjadi kebakaran hutan.

Hal tersebut karena rutin berjalannya sosialisasi ke masyarakat terkait penanaman dan dana bagi hasil di kawasan APL (Areal Penggunaan Lain). “Kita selalu mengadakan sosialisasi ke masyarakat untuk melakukan penanaman, pengadaan bibit juga kita adakan dari KLHK," ungkapnya.

Program tersebut, menurut Syarifuddin telah disetujui oleh Kementerian Keuangan dimana ada dana bagi hasil. "Dulu hanya untuk reboisasi sekarang bisa menjadi dana sosial dan penanggulangan kebakaran,” jelasnya.

Ketua Yayasan Auriga Nusantara, Timer Manurung mengatakan, bila penyebaran industri kertas dan pulp penyebarannya tidak merata dapat membahayakan ekonomi negara. Apalagi terdapat dua grup usaha yang memproduksi hampir keseluruhan pulp dan kertas Indonesia.

“Sudah dikuasai segelintir, sebarannya tidak sehat. Industri di Sumatera, kayu dari Kalimantan, belum lagi biaya transportasi jadi besar sekali, tidak adil secara ekonomi. Jadi industri ini harus bisa menopang (ekonomi) Indonesia,” tandasnya.

1574