Home Ekonomi Budidaya Melon Jadi Obat Gagal Panen

Budidaya Melon Jadi Obat Gagal Panen

Karanganyar, gatra.net- Bagi petani di Desa Jati, Jaten, Karanganyar, Jateng, budidaya buah melon diandalkan mengobati gagal panen di musim tanam terakhir. Meski modalnya lebih besar dibanding padi, namun keuntungan diprediksi lebih besar.

Salah seorang pemilik ladang di Dusun Jetis, Riman mengatakan tak lagi menanam padi semua areal lahannya. Di musim tanam terakhir, tak sedikit padinya dirusak tikus saat usia muda dan dimakan burung pipit saat panen. Kali ini, ia memberanikan diri menanam buah melon.

"Memang modalnya lebih besar. Satu individu tanaman melon membutuhkan biaya Rp10000 sampai dengan Rp12000. Padahal saya menanam sampai 4.080 tanaman (modal tanam sampai Rp 40 jutaan)," kata Riman saat ditemui gatra.net di ladangnya, Kamis (18/2).

Ia menanam melon di lahan seluas 2.500 meter persegi. Sejak ditanam sampai sekarang usia 13 hari, ia benar-benar menjaganya dari serangan hama pertanian dan organisme pengganggu tanaman (OPT). Area tanamnya dipasang pagar plastik dan setiap hari disemprot pestisida.

Ia menarget mampu memanen sampai 10 ton melon. Ada tiga varietas melon yang ditanamnya yakni gordes, sakata dan lioni. Diprediksi pada usia 55 hari, tanamannya sudah dapat dipanen.

Ia menceritakan petani di wilayah Desa Jetis sudah trauma dengan serangan tikus dan burung pipit. Di musim tanam saat ini, tikus sudah mulai menyerang meski belum masif. Ia sendiri tak banyak merelakan lahannya ditanami padi. Hanya satu hektare saja. Penanaman komoditas lain juga menjadi momok, yaitu cabai.

"Sebelum ini banyak yang menanam cabai. Harganya jatuh karena faktor cuaca dan curah hujan tinggi. Buah cabainya jadi keriting. Lagi-lagi, petani merugi," katanya.

Ketua Gapoktan Desa Jati, Suratno mengatakan petani di wilayahnya dalam situasi sulit. Hanya petani yang bermodal saja yang berani bercocok tanam lagi.  
"Usaha tani padi di Desa Jati dan Suruhkalang merugi. Tanaman dirusak tikus. Beberapa sampai tidak menghasilkan sama sekali. Rata-rata kerusakan sampai 80%," katanya.

Ia mengapresiasi para petani yang berusaha bangkit dengan memilih komoditas potensial seperti melon dan bawang merah. Di desanya terhampar lahan pertanian 150 hektare atau 450 patok.

"Dari 150 hektare ini, rusak sampai 80% karena serangan tikus dan burung pipit," katanya.

Ia berharap petani mengelola lahannya dengan cerdas. Seperti memberi jeda penanaman padi ke palawija atau sayuran. Selain menjaga tanah tidak jenuh juga mengantisipasi serangan tukus berulang.

"Pergantian tanaman itu perlu. Ke hortikultur," katanya.

1312