

Semarang, gatra.net - Kelompok Kuliah Kerja Nyata (KKN) Misi Khusus dari Rumah UIN Walisongo mensosialisasikan bentuk efektifitas dan edukasi vaksin covid-19 melalui webinar pada senin, (1/2/20)
Menurut kordinator KKN Misi Khusus A'tourrohman, pemahaman dan sosialisasi mengenai vaksinasi Covid-19 kepada masyarakat masih perlu untuk dilakukan. "Vasksinasi ini sudah berlangusung memasuki tahap ke dua, makanya sangat diperlukan untuk masyarakat," ujar A'to
Dengan cara menyelenggarakan acara webinar yang berjudul "Vaksinasi Covid-19: Sejauh mana keamanan, efektifitas, dan kualitasnya?". Webinar yang dilaksanakan secara virtual menghadirkan dr. Ahmad Irfan sebagai narasumber utama.
Selaku Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) Rusmadi. menuturkan bahwa masih ada satu dua orang ataupun kelompok yang masih menolak untuk divaksin.
"Saya menyaksikan tayangan di Youtube, bahwa ada seseorang dengan pengikut banyak yang menolak vaksin mentah-mentah dengan berbagai alasan. Bahkan masker dia tolak sebagai sesuatu yang tidak sesuai kepercayaan pada agamanya. Maka hal ini membutuhkan upaya diseminasi gagasan yang produktif," kata Rusmadi
Rusmadi pun menganjurkan agar jangan sampai masyarakat yang memiliki kepercayaan beragama justru menjadi sangat tekstual dalam memahami problem yang ada di masyarakat termasuk problem vaksin ini.
Menurut penuturan dari Ahmad Irfan selaku narasumber, vaksin covid-19 sudah diuji keamanan dan kehalalannya. Namun untuk efektifitas dari vaksin covid-19 belum bisa diketahui.
"Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sudah menyetui penggunaan vaksin tersebut dan dinyatakan aman karena sudah melalui uji klinis. MUI juga sudah mengeluarkan fatwa bahwa vaksin covd-19 halal. Namun untuk efektifitasnya belum bisa diketahui karena proses vaksinasinya belum selesai" ujarnya saat pemaparan materi.
Ahmad Irfan juga menjelaskan, efikasinya yang berasal dari hasil uji klinis hasilnya sangat bermacam-macam, ada yang tinggi, ada nada yang rendah. Di Indonesia sendiri sekitar sebesar 65,3% dan angka ini sudah diatas standar yang ditetapkan oleh WHO.
Ia menghimbau untuk tidak percaya terhadap bentuk informasi yang menjadi poin pembahasan penyebaran kabar hoax yang banyak dipercaya oleh masyarakat.
"Kabar-kabar hoax masih banyak tersebar dimasyarakat. Diantara kabar hoax yang tersebar adalah Vaksin mengandung sel vero, formalin/boraks, rakyat jadi kelinci percobaan, vaksin mengubah DNA, vaksin mengandung microchip, dan lain-lain. Semua berita tentang ini adalah hoax. Maka dari itu, edukasi kepada masyarakat mengenai pemahaman vaksin covid-19 masih sangat diperlukan," tutup Ahmad Irfan.