Home Ekonomi Deru: Kopi Sumsel Harus Beridentitas dan Jadi Ikon

Deru: Kopi Sumsel Harus Beridentitas dan Jadi Ikon

Palembang, gatra.net - Sumatera Selatan (Sumsel) merupakan provinsi penghasil kopi robusta terbesar di Indonesia. Dari data Kementerian Pertanian (Kementan), produksi kopi di Bumi Sriwijaya itu mencapai 184.168 ton.

Gubernur Sumsel, Herman Deru, mengatakan berdasarkan catatan tersebut kopi Sumsel harus menjadi ikon baru bagi daerah ini setelah panganan pempek.

“Selain pempek, bagaimana caranya kopi Sumsel ini harus juga jadi ikon. Apalagi, Sumsel merupakan penghasil kopi terbesar di Indonesia,” ujarnya di Palembang, Jumat (29/1).

Kini, lanjutnya, petani di wilayahnya sangat membutuhkan pendampingan untuk menghasilkan kopi yang berkualitas. Karena itu, Asosiasi Kopi Indonesia (ASKI) Provinsi Sumsel harus benar-benar terjun ke lapangan memberikan edukasi kepada para petani.

Menurutnya, fungsi edukasi tersebut harus lengkap. Mulai dari pengolahan menjemur, roasting hingga menjadi kopi yang nikmat dan higienis. “Mereka tekun mengurusi kebun, tapi kalau tidak kita bimbing maka akan begitu-begitu saja. Saya ingin peningkatan produksi kopi berimbang dengan peningkatan pendapatan petani. Apa gunanya produksi meningkat tapi petani tak menikmati hasilnya,” katanya.

Dijelaskannya, dari jumlah luas areal kopi dan jenisnya yang sangat beragam mulai dari Robusta, Arabika hingga Liberika, kekayaan kopi Sumsel tak perlu diragukan. Kendati begitu, untuk dapat bersaing di pasaran dunia, kopi Sumsel harus memiliki tingkat kebersihan produk yang mencukupi.

Selain itu, sambungnya, agar lebih menarik minat penikmatnya, kopi Sumsel pun harus memiliki identitasnya tersendiri. “Itu tugas ASKI. Bagaimana caranya orang tertarik minum kopi Sumsel. Buatlah identitasnya semenarik mungkin sehingga orang tidak hanya mencicipi kopi, tapi juga dibuat terkesan dalam proses peracikan dan penyajiannya,” ujarnya.

Dikatakannya, para petani dan penggiat kopi di Sumsel patut berbangga karena wilayanya dianugerahi jenis kopi yang sangat beragam. Karena itu, sangat sayang jika kopi Sumsel tak segera diupayakan menjadi ikon lokal maupun nasional, bahkan internasional.

Apalagi, katanya, puluhan ribu keluarga di Sumsel juga bergantung dengan produk pertanian satu ini. Mulai dari buruh buruh petik, buruh tanam dan lainnya.

“Kita harus dapat menjaga kesinambungan lapangan kerja ini. Dibutuhkan peran organisasi untuk memperbaiki apabila pasar macet karena produk kurang higienis atau ditemukannya kendala lain,” katanya.

Saat ini, lanjutnya, Sumsel sudah memiliki Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang fokus menangani agro industri yakni PT Sriwijaya Agro Industri. Keberadaan BUMD tersebut hendaknya dapat dimaksimalkan untuk mendongkrak produksi maupun kesejahteraan petani kopi dengan sinergitas kedua belah pihak.

“Petani kopi dan penggiat kopi jangan kerja parsial lagi, tapi bersama tumbuh dengan satu tujuan membawa kopi Sumsel yang diminati banyak orang,” ujarnya.

623