Home Gaya Hidup Aksara Kuno Sumsel yang Nyaris Punah

Aksara Kuno Sumsel yang Nyaris Punah

Palembang, gatra.net - Beredarnya aksara latin dianggap menyebabkan semakin menipisnya studi yang mengupas aksara kuno. Untuk itu perlu adanya pelestarian, sebab aksara kuno merupakan identitas daerah.

Hal tersebut disampaikan oleh Budayawan Sumsel, Vebri Al-lintani yang menyebutkan ada tiga aksara kuno di Sumsel yakni, Aksara Pallawa, Aksara Ulu dan Aksara Arab Melayu

Vebri menjelaskan dilihat dari prasasti yang ditemukan. Di Sumsel terdapat tiga aksara yakni Aksara Ulu atau Kaganga, Pallawa dan Arab Melayu. Namun, yang paling banyak digunakan dahulu yaitu Aksara Ulu dan Arab Melayu.

Aksara Pallawa merupakan aksara yang dipakai pada zaman Kerajaan Sriwijaya. Kemudian, Aksara Ulu sendiri digunakan oleh nenek moyang dan kebanyakan di wilayah Ulu. Sedangkan, di Palembang pada masa lalu menggunakan Aksara Arab Melayu yang dikenal seperti tulisan arab.

"Aksara ini ditemukan di kulit kayu dan lain sebagainya yang isinya sejarah nenek moyang," katanya saat dihubungi gatra.net, Selasa (19/1).

Menurutnya, banyak yang belum mengetahui Aksara Kaganga ini. Sejauh ini, lanjut Vebri, pemerintah belum fokus dalam pelestarian aksara kuno. Meskipun begitu, ada beberapa daerah yang sudah menerapkan aksara ini untuk nama jalan, seperti di Pagaralam dan Baturaja.

Sebagai upaya pelestarian, Vebri kerap melakukan seminar dan mengenalkan Aksara Kanganga ke dalam muatan lokal. "Untuk di Palembang sendiri kebijakan tersebut belum diterapkan," paparnya.

Sementara itu, Sejarahwan Sumsel, Kemas Ari Panji menambahkan asal aksara kuno ini berawal dari Aksara Pallawa pada zaman Kerajaan Sriwijaya. Kemudian, lahirlah Aksara Ulu yang digunakan di pinggiran Sungai Musi atau di daerah Ulu Sumsel.

Setelah itu, barulah lahir Aksara Arab Melayu atau Jawi yang sering dilihat tulisan arab karena dulunya Palembang merupakan Kesultanan Islam.

Sejauh ini, Aksara Ulu sudah cukup baik pelestarian nya. Hanya saja, masih kurang fokus baik dari pemerintah ataupun lain sebagainya.

"Kedepan kami harap aksara kaganga ini terus dilestarikan, seperti dimasukkan dalam muatan lokal dan lain sebagainya," katanya.

2557