Home Kebencanaan Gejala Merapi Berubah, Erupsi Diprediksi Cenderung Eksplosif

Gejala Merapi Berubah, Erupsi Diprediksi Cenderung Eksplosif

Yogyakarta, gatra.net - Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta menyatakan sesuai evaluasi pada Senin (28/12) potensi ancaman bahaya Gunung Merapi telah berubah. Indikasi erupsi yang bersifat eksplosif atau ledakan kini cenderung lebih besar dibanding letusan efusif atau lelehan.
 
Kepala BPPTKG Hanik Humaida mengatakan, saat statusnya dari level II Waspada menjadi level III Siaga, Merapi memiliki probabilitas letusan eksplosif sebesar 51 persen, sedangkan letusan efusif hanya 10 persen. 
 
Hanik mengatakan perbaruan data dan evaluasi pada 21 Desember menunjukkan kemungkinan terjadinya erupsi efusif sebesar 31 persen, lalu pada 28 Desember probabilitas letusan eksplosif 28 persen dan efusif 26 persen. 
 
"Eksplosif yang mendominasi, tapi tidak terlalu besar perbedaan perbandingannya dengan efusif," kata Hanik dalam siaran pers daring tentang aktivitas Merapi terbaru, Selasa (29/12).  
 
Hanik mengatakan jumlah kegempaan selama krisis Merapi 2020 ini lebih banyak dibanding saat krisis Merapi 2010 silam, yakni mencapai 20.592 kegempaan, sedangkan pada 2010 berjumlah 8.894 kegempaan.
 
Menurut Hanik, kondisi itu karena pergerakan magma di kantong dangkal masih terus terjadi. "Magma terus mencoba ke permukaan, namun belum bisa menembus permukaan. Sehingga desakan terus ini menyebabkan bertambahnya jumlah kegempaan yang ada. Magma ada di kantong dangkal semua. Tidak ada kegempaan vulkanik dalam," katanya. 
 
Hanik mengatakan desakan magma yang terus terjadi ini bisa menyebabkan erupsi eksplosif karena akumulasi desakan sudah cukup kuat. "Tapi juga masih ada potensi efusif, misal magma mendesak ke permukaan dan ada pertumbuhan kubah lava," katanya. 
 
Menurut Hanik, beberapa faktor membuat magma tidak kunjung ke permukaan, seperti kemungkinan terdapat sumbatan yang kuat atau suplai magma relatif kecil. "Kemungkinan ketiga kandungan gas sedikit. Yang jelas, tidak ada suplai (magma) dari dalam," katanya. 
 
Hanik mengatakan potensi erupsi masih tinggi. Ia pun meminta pengungsi untuk tetap berada di zona aman dan mengikuti arahan pemerintah. "Potensi erupsi masih tinggi, jadi dimohon supaya mengikuti arahan dari pemerintah. Sampai kapan, erupsi kapan tepatnya terjadi, tidak bisa diprediksi," ucapnya.
2507