Home Politik Muda, Menang Pilkada, Bisa Apa?

Muda, Menang Pilkada, Bisa Apa?

Gibran Rakabuming Raka, Dico Mahtado Ganinduto, Eisti'anah mampu membuktikan diri sebagai pilihan rakyat meski usianya masih muda. Mereka menang dalam pemilihan kepala daerah (Pilkada) di Kota Solo, Demak, dan Kendal. Tantangan mereka berat. Janji saja tidak cukup.

Setelah menang pilkada, tugas berat menanti mereka. Janji maupun visi-misi yang mereka usung harus bisa dibuktikan. Mereka juga harus membuktikan memiliki jiwa-jiwa muda, seperti kreatif, energik, dalam memajukan daerahnya.

Analis politik Universitas Diponegoro (Undip) Semarang Yuwanto mengatakan, kehadiran anak-anak muda ini untuk memimpin daerah tidak masalah. Sebab berdasarkan Undang-Undang, mereka memenuhi ketentuan untuk mencalonkan diri. “Selain itu secara politis, mereka terbukti mampu meyakinkan kepercayaan masyarakat, dalam pemilihan,” ujarnya.

Ketua Program Studi Doktor Ilmu Sosial Undip ini menerangkan, sistem demokrasi saat ini memungkinkan semua orang bisa terpilih sebagai kepala daerah. Tentunya dengan memenuhi semua ketentuan yang berlaku. “Lepas dari faktor kekerabatan, atau dinasti misalnya, saat mereka sudah menjadi pilihan rakyat, mereka punya legitimasi,” jelasnya.

Hanya saja dia mengingatkan, tantangan memimpin daerah ke depan sangat berat. Karenanya, mereka harus benar-benar bisa melaksanakan tugas mereka dengan sebaik-baiknya. “Mereka juga harus bisa membuktikan kemudaannya, seperti memiliki jiwa kreatif, visioner, idealisme, inovasi, enerjik. Jangan kemudian hanya mengerjakan sesuatu seperti biasa saja, asal pemerintahan berjalan,” tegasnya.

Yuwanto juga mengingatkan, kunci dari keberhasilan anak muda memimpin daerah adalah akuntabiltas mereka. Baik akuntabiltas personal maupun publik. Dia menerangkan, untuk kuntabilitas personal, mereka harus memiliki moralitas, etika, dan etos kerja yang baik. Sementara akuntabilitas publik, mereka harus bisa benar-benar bisa bekerja membangun daerahnya, menjadi lebih baik. “Tapi yang pertama saya ingin ingatkan, tentu adalah, jangan korupsi. Karena ini, penyakit yang berbahaya,” sebutnya.

Hanya saja, kata Yuwanto, jika mereka hanya berkoar-koar siap diperiksa, siap tidak menyalahgunakan jabatan, tapi mereka biasa-biasa dalam bekerja, maka hal itu belum ada maknanya. “Itu belum bisa menunjukkan keberhasilan memimpin daerah. Karena sekali lagi, keberhasilan ini ditentukan akuntabilitas mereka,” terangnya.

Apalagi, lanjut dia, saat ini harapan masyarakat tinggi. Ekpektasi kepada kepala daerah sangat tinggi. “Artinya layanan publik harus terus berkembang, baik dari sisi kualitas maupun kuantitas,” katanya.

Gibran tercatat sebagai putra sulung Presiden RI Joko Widodo. Pria kelahiran 1 Oktober 1987 (33 tahun), ini berhasil mendulang suara terbanyak dalam pemilihan kepala daerah (Pilkada) 2020 di Surakarta. Jabatan wali kota Solo, seperti yang pernah disandang ayahnya akan segera dia raih.

Sementara Dico Mahtado Ganindito merupakan putra dari Dito Ganinduto politisi senior Partai Golkar. Suami dari artis Chacha Frederica ini juga mampu mengungguli lawan-lawannya dalam Pilkada di Kabupaten Kendal. Pria kelahiran 19 Februari 1990 ini pun, akan segera menyandang status bupati.

Adapun Eisti'anah merupakan perempuan kelahiran Demak, 25 Mei 1985. Dokter perempuan ini mampu menjaring mayoritas partai politik untuk maju Pilkada, dan berhasil menang.

Di Kota Solo, lawan Gibran-Teguh adalah pasangan dari calon perseorangan, Bagyo Wahyono dan FX Supardjo. Hasilnya? Gibran – Teguh mampu mendulang 85 % suara dalam Pilkada. Sayang, angka ini di bawah target tim pemenangan yang mencapai 92 %.

Gibran mengakui jika angka tersebut tidak sesuai dengan target. Alasan tak tercapainya target ini karena Pilkada dilangsungkan saat Pandemi Covid-19. ”Ya memang kondisi Pilkada sekarang tidak seperti biasanya,” ujarnya.

Gibran tak mau bicara panjang lebar mengenai keunggulannya versi hasil hitung cepat. Namun demikian, dia mengatakan, dalam beberapa bulan ke depan, pihaknya bakal menjalin komunikasi intensif dengan Wali Kota Solo saat ini, FX Hadi Rudyatmo.

"Dalam bulan-bulan ke depan akan melakukan komunikasi intensif, bersinergi dengan pak Rudi, Pak Purnomo. Yang jelas kita ingin proses transisi berjalan dengan lancar," jelas Gibran.

Gibran mengatakan, bahwa saat ini tantangan Kota Solo ke depan yakni penanggulangan pandemi virus corona (Covid-19) dan pemulihan ekonomi. Karenanya, sejak awal dia fokus terkait percepatan pemulihan ekonomi. Program ini tidak hanya menyasar anak muda, tapi para pelaku usaha kecil, mikro, dan menengah (UMKM), serta semua masyarakat. "Waktu debat kemarin saya sering mengulang masalah percepatan pemulihan ekonomi. Otomatis merangkul semua, anak muda, UMKM," ujarnya. Muh Slamet

 

76