
Pekanbaru, gatra.net- Jika tidak ada perubahan berarti, pasangan Rezita-Junaedi bakal tampil sebagai pemenang di pilkada Indragiri Hulu 2020. Rezita pun menjadi bupati perempuan pertama di kabupaten tersebut.
Selain Rezita, hal serupa juga berpeluang terjadi pada Kasmarni di Kabupaten Bengkalis. Istri bupati Bengkalis non aktif itu hingga kini masih berada diurutan pertama perolehan suara pilkada Bengkalis.
Asal tahu saja, sejak berlalunya reformasi belum ada perempuan yang mampu memenangkan kontestasi politik di Provinsi Riau. Namun, peluang menang Rezita dan Kasmarni pada pilkada 2020, telah mengukir hal baru pada sejarah kontestasi politik daerah tersebut.
Kepada gatra.net pengamat politik dari Universitas Riau, Tito Handoko, mengungkapkan torehan kedua perempuan tersebut bakal membuka katup pelibatan perempuan secara masif di kontestasi politik Provinsi Riau. Selama ini keterlibatan perempuan di ranah politik lebih terkosentrasi di kekuasaan legislatif.
"Mesti diakui selama ini kan ada anggapan,calon kepala daerah dari unsur perempuan tak akan menang di Riau. Dan itu dibuktikan oleh hasil pilkada terdahulu. Nah, sekarang ada dua cakada perempuan yang berpeluang menang, ini tentu akan punya efek bagi hajatan politik," jelasnya melalui sambungan seluler, Senin (14/12).
Menurut Tito, ajang pilkada kota Pekanbaru tahun 2022, bisa jadi merupakan tempat berikutnya bagi kalangan perempuan untuk ikut ber politik. Hanya saja kemenangan cakada perempuan 2020 belum tentu mudah diperoleh pada pilkada 2022.
Bahkan tegas Tito, kemenangan Rezita dan Kasmarni bukan pertanda hilangnya bias gender di Riau secara umum. Terlebih aktivitas politik di Riau masih lebih dominan diwarnai laki-laki, ini terlihat dari sebaran kekuasaan eksekutif yang masih minim memihak perempuan.
Tito menambahkan, pilkada pada tahun 2022 yang digelar di tiga wilayah di Riau, sangat mungkin akan sulit mengulang pencapaian pilkada 2020.
"Kemenangan Rezita dan Kasmarni, itu tak lepas dari status mereka sebagai bagian dari keluarga politik yang berkuasa di Indragiri Hulu maupun Bengkalis. Tanpa faktor ini, mereka juga akan kesulitan menang. Sedangkan di Pekanbaru hingga kini belum ada perempuan dengan corak serupa," imbuhnya.
Hal senada juga diutarakan dosen Komunikasi politik di Universitas Muhammadiyah Riau, Aidil Haris. Aidil menyebut, minimnya atribut selain dinasti politik, membuat kemenangan Rezita dan Kasmarni terkesan biasa saja. Oleh sebab itu masih diperlukan waktu bagi Riau untuk dapat menyuguhkan kontestasi berbasis keseteraan gender.
"Faktanya mereka menang dengan status istri bupati, artinya ketokohan dan polularitas mereka berpijak pada satu titik, sehingga pencapaian lainya nyaris tidak tersorot. Akan berbeda jika cakada perempuan yang menang, ikut kontestasi dengan menyuguhkan atribut diluar itu,"tukasnya.
Dalam gelaran 9 pilkada serentak di Provinsi Riau tahun 2020 ada 6 cakada perempuan. Dari jumlah tersebut cuma Rezita dan Kasmarni yang berstatus sebagai istri bupati, sisanya tampil dengan latar berbeda mulai dari seniman, politisi, hingga pengacara, dan mereka kalah.
Sebagai informasi, jika tidak ada perubahan, tiga pilkada akan digelar di Riau tahun 2022,meliputi Kota Pekanbaru,Kabupaten Kampar dan Kabupaten Indragiri Hilir.