
Solo, gatra.net – Dalam perhitungan cepat, pasangan calon (paslon) nomor urut 1 Gibran Rakabuming Raka-Teguh Prakosa unggul dan menang hingga 86 persen. Terkait hal ini pasangan nomor urut 2 Bagyo Wahyono-FX Supardjo legawa dengan hasil yang diterima saat ini.
Saat ini mereka masih menunggu hasil resmi dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Solo. Selain itu mereka akan mengawal hingga semua proses berakhir.
”Saat ini penghitungannya belum selesai. Tahapannya harus tetap dikawal sampai akhir,” ucap Bagyo saat ditemui Kamis (10/12).
Bagyo hingga saat ini merasa puas dengan hasil yang sudah ada. Dia tidak merasa kecewa dengan hasil yang diterima saat ini. Sebab sudah lolos sebagai calon Wali Kota dari jalur independen menjadi pengalaman yang luar biasa baginya.
”Sudah lolos sampai sejauh ini sudah sangat luar biasa, apalagi kami memperoleh suara sejumlah itu,” katanya.
Dia berjanji akan tetap menjadi oposisi yang mengkritisi pemerintahan Gibran-Teguh.
Bagyo berjanji akan membawa aspirasi masyarakat kota Solo agar pemerintahan Gibran-Teguh agar tetap dapat pro dengan rakyat.
”Jadi pemerintahan mereka harus tetap pro rakyat. Harti-hati jangan sampai membuat rakyart kecewa,” ucapnya.
Bagyo juga masih berniat untuk kembali dalam kontestasi pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024 mendatang. Sehingga selama menuju 2024, Bajo akan tetap menjadi oposisi.
”Kami siap mengawal pemerintahan dengan memberikan kritikan-kritikan agar tetap pro dengan rakyat,” ucapnya.
Apalagi saat ini masyarakat sudah mengenal sosok Bajo. Sehingga ketika nantinya pemerintahan Gibran-Teguh tidak berjalan dengan baik, mereka bisa berharap pada pasangan Bajo. Dengan begitu pastinya Bajo bisa kembali pada 2024 mendatang.
”Kalau seperti itu mereka akan rindu dengan sosok Bajo. Kalau kembali, kami akan tetap berada di jalur independen,” ucapnya.
Apalagi dengan pengalaman yang ada saat ini, khususnya Pilkada 2020, Bajo sudah banyak belajar.
Bagyo juga legawa memberikan selamat pada pasangan Gibran-Teguh. Namun jika harus menyambangi terlebih dahulu, Bagyo enggan melakukannya. Dia merasa sebagai orang tua yang patut untuk didatangi.
”Kenapa harus saya yang telepon. Saya kan orang tua, harus paham dengan etika budaya Jawa dong,” kata Bagyo.