
Yogyakarta, gatra.net - Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Daerah Istimewa Yogyakarta menyetujui penetapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) DIY 2021 yang diperkirakan defisit Rp363 miliar. Penanganan Covid-19 dan dampak bencana Gunung Merapi mencapai Rp26,7 miliar.
Wakil Ketua Badan Anggaran DPRD DIY Huda Tri Yudiana menerangkan DPRD DIY sepakat menargetkan pendapatan daerah Rp5,72 triliun. Namun belanja daerah diperkirakan membengkak hingga Rp6,09 triliun. Dengan demikian, APBD DIY 2021 diprediksi defisit Rp363 miliar.
"Defisit ini akan ditutup dengan pembiayaan neto. Jumlah pendapatan dan belanja itu realistis, telah didapatkan melalui proses pembahasan yang cermat dan terukur," jelas Huda lewat pernyataan tertulis, Rabu (18/11).
Adapun dana penanganan pandemi Covid-19 dan dampak bencana Merapi dianggarkan di pos belanja tidak terduga (BTT) APBD DIY sebesar Rp66,9 miliar dan pos belanja bantuan sosial Rp26,7 miliar.
Wakil Ketua DPRD DIY Suharwanta menjelaskan dalam penyusunan rencana anggaran ini, DPRD dan Pemda DIY fokus pada penanganan kesehatan, penanganan dampak ekonomi terutama agar dunia usaha tetap hidup, dan penyediaan jaring pengaman sosial.
"BTT disiapkan setiap saat mengikuti perkembangan pandemi maupun erupsi Merapi. Kita antisipasi kecukupan anggaran untuk penanganan darurat dan hal mendesak untuk dilakukan," katanya.
DPRD berharap pelaksanaan APBD dimanfaatkan secara optimal untuk penanganan pandemi beserta dampaknya, termasuk berbagai upaya pemulihan ekonomi masyarakat yang dalam kondisi terpukul. "Harapannya, pertumbuhan ekonomi yang sekarang minus akan bisa plus lagi pada 2021," ujarnya.
Wakil Ketua DPRD DIY Anton Prabu Semendawai menyatakan pemulihan ekonomi pada 2021 akan digenjot pada dua sektor utama penopang ekonomi DIY, yaitu UMKM berbasis pariwisata dan sektor pendidikan khususnya kampus.
"Dewan mendorong agar pariwisata dan kampus-kampus bisa dibuka kembali secara bertahap dengan protokol kesehatan yang baik, sehingga ekonomi DIY kembali menggeliat," katanya.
Menurutnya, sesuai evaluasi triwulan kedua 2020, DIY mengalami kontraksi ekonomi karena kehilangan 56% PDRB DIY dari sektor wisata. Pulangnya para mahasiswa karena tidak ada kuliah tatap muka juga menyebabkan peredaran uang berkurang Rp623 miliar per bulan.