Home Gaya Hidup Melangun Tradisi SAD Muara Kilis untuk Perangi Covid

Melangun Tradisi SAD Muara Kilis untuk Perangi Covid

Tebo, gatra.net - Suku Anak Dalam (SAD) kelompok Temenggung Apung telah kembali ke pemukiman mereka di desa Muara Kilis Kacamatan Tengah Ilir Kabupaten Tebo, Jambi. Ini dikatakan Pendamping SAD kelompok Apung, Ahmad Firdaus, Kamis (05/11).

"Alhamdulillah mereka semua sudah kembali melangun. Sekarang mereka sudah kembali ke pemukiman," kata Ahmad Firdaus yang juga Ketua Yayasan Orang Rimbo Kito (ORIK).

Dia menjelaskan, beberapa bulan yang lalu SAD kelompok Temenggung Apung pergi meninggalkan rumah mereka. Ini disebabkan ada pasien positif corona atau Covid-19 yang meninggal dunia dan dimakamkan tidak jauh dari pemukiman mereka. "Mereka takut tertular virus tersebut, jadi mereka langsung meninggalkan rumahnya. Di tradisi mereka itu disebut melangun," kata dia.

Firdaus berkata, SAD kelompok Temenggung Apung telah lama hidup menetap di Sungai Bungin Desa Muara Kilis. Mereka mengandalkan hidup dari hasil perkebunan dan pertanian.

Meski hidup sudah semi modern dia, SAD kelompok Temenggung Apung masih mempertahankan adat dan tradisi mereka salah satunya melangun yakni, meninggalkan tempat tinggal untuk beberapa waktu kedepan.

"Biasanya kalau ada yang terkena sakit menular atau ada yang meninggal dunia, mereka pergi untuk beberapa lama. Jika sudah dianggap aman, mereka kembali lagi," ujarnya.

Selain melangun, jelas Firdaus lagi, tradisi SAD untuk menghindari penyakit menular yakni menjaga jarak atau yang mereka sebut dengan sesandingan (sesandingon). Tradisi ini sudah mereka lakukan sejak nenek moyang mereka dahulu," jadi kalau ada yang sakit mereka langsung menjaga jarak, tujuannya agar tidak tertular atau terpapar penyakit yang sama," katanya.

Terpisah, Temenggung Apung membenarkan jika warga yang dipimpinnya sudah kembali ke rumah masing-masing. Saat ini, mereka telah beraktivitas seperti biasanya," kemarin kami melangun karena ada yang meninggal dunia akibat Covid-19. Kami takut tertular, jadi terpaksa harus melangun," kata Temenggung.

Selama melangun ungkap Temenggung, berbagai upaya dilakukan warganya untuk bisa bertahan hidup. Mulai dari mencari madu hutan, mencari getah damar hingga mencari hasil hutan lainnya yang bisa dijual," kami melangun ke Taman Nasional Bukit Tigapuluh (TNBT), ada juga yang melangun di kebun-kebun warga maupun kebun perusahaan. Disana kami mencari hasil hutan yang bisa dijual. Hasil penjualan kami belikan sembako," ujarnya.

Temenggung Apung berharap bencana Covid-19 ini segera berakhir. Pasalnya, meski mereka sudah kembali ke pemukiman, namun masih merasa was-was akan virus tersebut," kita sangat khawatir sebab virus ini tidak terlihat. Kita seperti menghadapi musuh yang tidak nyata, jadi tinggal kitanya saja untuk menjaga diri," katanya.

275