Beberapa hasil survei menunjukkan perubahan konstelasi elektabilitas capres 2024. Ada potensi menteri non-partai politik menjadi ancaman elektabilitas bagi banyak calon.
Kondisi pagebluk mengubah persepsi publik terhadap elektabilitas calon presiden. Setidaknya, itu yang terlihat dari hasil sigi terakhir yang dilakukan Lembaga survei Indikator Politik Indonesia dan Indonesia Political Opinion (IPO).
Indikator Politik Indonesia merilis survei tentang elektabilitas 15 kandidat kuat calon presiden untuk pemilihan presiden (Pilpres) 2024. Dari 15 nama yang diajukan kepada responden, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menduduki posisi pertama dengan nilai suara mencapai 18,7%.
Kenaikan ini bisa dibilang signifikan. Dibandingkan dengan beberapa survei Indikator Politik Indonesia sebelumnya, terlihat kenaikan elektabilitas yang konsisten bagi Ganjar. Pada bulan Februari elektabilitas Ganjar 9,1 persen, 11,8 persen di Mei 2020, dan 16,2 persen di Juli 2020.
"Februari 2020 ini menjadi benchmark. Waktu itu Prabowo masih unggul dengan 22,2%, jauh dibandingkan dengan kandidat lainnya. Namun pada Mei 2020, suara untuk Prabowo turun signifikan," kata Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanudin Muhtadi.
Elektabilitas Prabowo memang naik-turun. Pada Mei 2020, elektabilitas Prabowo turun drastis menjadi 14,1% dan turun lagi menjadi 13,5% pada Juli. Suaranya kembali naik pada September 2020 menjadi 16,8%, meski masih berada di urutan kedua, di bawah Ganjar Pranowo.
Di posisi ketiga ada Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, yang suaranya terus naik-turun sejak Februari 2020. Sedangkan di posisi keempat dan kelima ada Wakil Ketua Umum Gerindra Sandiaga Uno dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.
Survei ini dilakukan pada 24—30 September 2020 dengan 1.200 responden yang dipilih secara random. Metode survei dilakukan dengan wawancara via telepon. Margin of error 2,9% dengan tingkat kepercayaan 95%.
Soal elektabilitas partai politik, Indikator Politik Indonesia, mencatat bahwa jika pileg digelar pada saat ini ada tiga partai politik yang suaranya naik pada September. Yaitu, Gerindra (21,1%), PKS (5,9%), dan Partai Demokrat (5,9%).
Jika dijabarkan, elektabilitas Gerindra pada 2020, menurut Indikator Politik Indonesia, sebenarnya sempat turun dari 16,2% pada Februari menjadi 15,2% pada Mei. Namun, setelah itu, elektabilitasnya kembali naik menjadi 17,7% pada Mei dan 21,1% pada September.
Hal yang sama juga terjadi pada PKS dan Partai Demokrat, yang elektabilitasnya sempat turun pada Mei. Perolehan suara kedua partai tersebut lalu mulai naik pada Juli hingga September 2020, dengan perolehan 5,9% untuk PKS dan 5,9% untuk Partai Demokrat.
Sementara itu, PDIP dari 26,3% turun menjadi 25,2%; lalu Partai Golkar dari 8,3% turun menjadi 6,7% dan Partai NasDem dari 4,5% turun menjadi 3,1%.
Burhanuddin menduga, naiknya elektabilitas Partai Gerindra karena kemampuan partai ini memainkan politik dua kartu. Gerindra bisa memainkan peran sebagai bagian dari pemerintahan, tapi di sisi lain sejumlah tokoh partai ini juga tetap pada peran sebagai pengkritik pemerintah yang cukup keras. "Misalnya Fadli Zon, Andre Rosiade, itu masih kencang kalau [mengkritik] pemerintah. Enggak ada bedanya dengan Mardani Ali Sera," katanya.
Selain partai-partai tersebut, elektabilitas partai lain seperti PKB juga turun dari 5,0% menjadi 4,1%, PPP dari 1,7% turun menjadi 0,6%, PAN dari 2% turun menjadi 1,1%,, dan Hanura dari 0,5% turun menjadi 0,4%. Sedangkan Demokrat dari 5,7% naik menjadi 5,9%. PSI dari 0,1% naik menjadi 0,3%. Lalu Perindo dari 0,3% naik menjadi 1%, Partai Garuda dari 0,0% naik menjadi 0,1%, Partai Berkarya dari 0,1% naik menjadi 0,8%.
Selain Indikator Politik Indonesia, lembaga survei Indonesia Political Opinion (IPO) juga mencatat nama Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo sebagai tokoh dengan persepsi publik terhadap elektabilitas capres 2024 terbanyak, yakni sebesar 17,9%. Hal itu didapat dari hasil survei yang dilakukan oleh pada Oktober 2020, dengan jumlah responden sebanyak 1.200 orang di seluruh Indonesia.
Posisi selanjutnya ditempati oleh Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, dengan hasil survei sebanyak 16,4%. Kemudian posisi ketiga dan keempat ditempati oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sebesar 15,3% dan Sandiaga S. Uno sebanyak 8,8%.
"Sandiaga Uno sama persis di bulan Juli, Kemudian Ridwan Kamil di nomor enam. Agus Harimurti 5,7%. Tito Karnavian 4,2," kata Direktur Eksekutif IPO, Dedi Kurnia Syah, dalam rilis survei pada Rabu pekan lalu, seperti dilaporkan Qonita Azzahra dari Gatra.
Posisi selanjutnya ditempati oleh mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo dengan hasil survei sebesar 4%. Kemudian untuk posisi ketujuh hingga ke-10 ditempati oleh Menko Perekonomian Airlangga Hartarto 2,9%, Menko Polhukam Mahfud MD 2,5%, Menteri BUMN Erick Thohir 1,1%, Ketua DPR Puan Maharani, dan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar hanya 1%.
Dari ke-10 tokoh, Dedi melanjutkan, Tito Karnavian adalah yang paling bisa mengancam posisi Ganjar yang berada di posisi pertama. Bahkan, mantan Kapolri itu juga bisa mengancam tokoh-tokoh dengan jabatan politik tinggi, seperti Agus Harimurti sebagai pimpinan Partai Demokrat, Airlangga Hartarto sebagai pimpinan Partai Golkar, Puan Maharani sebagai "Putri Mahkota" Ketua Umum Partai PDIP, dan Muhaimin Iskandar sebagai Ketua Partai PKB.
"Karena dia (Tito Karnavian) adalah satu-satunya menteri non-partai politik yang punya fluktuasi elektabilitas dan juga popularitas. Erick Thohir dan Mahfud M.D. juga sama, tapi mereka posisinya naik-turun," Dedi menjelaskan.
Di sisi lain, hasil survei terbaru yang dilakukan Y-Publica menunjukkan elektabilitas Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto, masih unggul meski Ganjar Pranowo membayangi di urutan kedua. Direktur Eksekutif Y-Publica, Rudi Hartono, dalam siaran persnya mengatakan bahwa elektabilitas Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil yang semula melesat kini kembali melorot, sedangkan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan terus mengalami penurunan.
Pada Maret 2020, Prabowo jauh memimpin dengan raihan 23,7%, tetapi bergerak turun menjadi 17,3% pada Juli, dan sekarang tinggal 16,5%. Sedangkan Ganjar dari hanya 8,0% melesat menjadi 15,2% dan sekarang naik lagi menjadi 16,1%.
Ganjar yang menjadi tokoh PDIP dengan elektabilitas tertinggi, ucap Rudi, masih harus bersaing dengan nama-nama lain di internal partai. Ada nama-nama seperti Tri Rismaharini, dan tentu saja Puan Maharani sebagai penerus dinasti politik Soekarno masuk dalam bursa capres internal. "Ganjar, Kang Emil, dan Anies, bahkan Sandiaga Uno, besar dalam pertarungan pilkada langsung, tetapi tidak menjadi bagian dari parpol ataupun lingkaran dinasti politik," Rudi memaparkan.
Hidayat Adhiningrat P.